Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bibit Jagung "Lokal" Lampaui Kualitas Produk Impor...

Kompas.com - 04/09/2013, 03:57 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com — Riset yang dilakukan salah satu pengajar Universitas Bengkulu mendapatkan satu varietas jagung dengan produktivitas jauh melampaui rata-rata produktivitas jagung nasional saat ini. Varietas ini diharapkan dapat mendorong pengurangan impor benih jagung, yang selama ini memasok 80 persen kebutuhan bibit jagung nasional.

"Rata-rata produktivitas jagung nasional adalah 4,6 ton per hektar dan Bengkulu 3,2 ton per hektar, sementara varietas ini mencapai 9 ton per hektar bahkan lebih," papar Suprapto, dosen pertanian yang mengasuh mata kuliah genetika dan pemuliaan tanaman di Universitas Bengkulu, Selasa (3/9/2013). Dia mengatakan, penelitian varietas tersebut dia garap selama 7 tahun terakhir.

Varietas jagung hasil riset Suprapto mendapat nama SP1, SP2, dan Supra 1. Mendapat pendanaan riset dari Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta dari Kementerian Riset dan Teknologi, varietas jagung yang menjadi hasil riset telah mendapatkan SK dari Menteri Pertanian.

Berturut-turut, Sk itu adalah nomor 4543/kpts/SR.120/7/2013 untuk SP1, nomor: 4544/kpts/SR.120/7/2013 untuk SP2, dan nomor 4545/kpts/SR.120/7/2013 untuk Supra 1. Setelah melalui proses seleksi ketat hingga mendapatkan pengakuan dari pemerintah barulah varietas ini dapat diakses oleh masyarakat dan diperbanyak.

"Tahan banting" untuk tekan impor

Selain produktivitas, kata Suprapto, keunggulan jagung ini juga adalah sangat tahan terhadap penyakit bulai, karat daun, hawar daun, dan mampu beradaptasi baik di lingkungan masam. Dia berharap hasil risetnya dapat membantu menekan impor bibit jagung.

Selama ini, sebut Suprapto, kebutuhan benih jagung di Indonesia mencapai 50.000 sampai 100.000 ton per tahun. Dari jumlah itu, 80 persen di antaranya didatangkan dari impor dan didominasi produk perusahaan Amerika.

"Dengan ditemukan dan dilepaskan varietas ini ke pasaran saya berharap ketergantungan akan benih jagung nasional terhadap asing semakin berkurang dan dapat diisi benih-benih lokal," kata Suprapto.

Hasil optimal tanaman jagung, papar Suprapto, mensyaratkan tiga hal, yakni tanah subur, perawatan intensif, dan asupan pupuk yang tinggi. Dia mengatakan varietas hasil risetnya dapat menekan syarat perawatan intensif dan penggunaan pupuk. "Benih ini tahan banting, tidak perlu pupuk secara berlebihan sehingga biaya perawatan dan modal petani dapat ditekan," tambahnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com