Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasrah atau Protes, Bunga KPR Tetap Naik

Kompas.com - 13/09/2013, 18:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com
 — Tak cuma investor di pasar modal yang tengah mengerutkan keningnya melihat rapor merah aneka instrumen portofolio investasinya.

Penurunan harga saham dan kejatuhan nilai tukar rupiah dalam satu bulan terakhir ini juga memusingkan para bankir dan pengusaha. Sumber kepusingan mereka adalah kebijakan Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan BI Rate sebesar 50 basis poin menjadi 7 persen pada akhir Agustus lalu, dan dinaikkan lagi menjadi 7,25 persen pada pekan ini.

Kini, para bankir tengah berpikir keras untuk memperoleh besaran bunga kredit yang pas dan kompetitif sehingga dapat mengompensasi kenaikan bunga simpanan sekaligus tidak semakin memberatkan nasabah dan debitornya. Setidaknya, ada lima komponen yang menjadi pertimbangan bankir untuk menentukan besaran bunga kredit.

Pertama, biaya dana alias cost of fund. Ini adalah biaya bunga yang harus dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh simpanan dengan pemberian kredit. Kedua, biaya operasional seperti biaya pegawai dan administrasi.

Ketiga, biaya pencadangan (provisi). Bank senantiasa mencadangkan dana siaga untuk mengantisipasi risiko kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL). Bank lantas membebankan dana pencadangan tersebut dalam bentuk persentase terhadap kredit yang disalurkan.

Keempat, margin bank. Selain melihat kompetitor, besar-kecil margin yang dipungut bank juga melihat "kelas" debitor jenis kredit. Kelima, pajak. Ini adalah biaya yang wajib dibayarkan bank kepada pemerintah atas penyaluran kredit.

Dari lima komponen tersebut, sudah tentu para bankir dipusingkan oleh kenaikan biaya dana. Maklum, sejak BI Rate mulai naik dalam dua bulan terakhir ini, perbankan juga perlu mengerek bunga simpanan agar nasabahnya tak kabur dan likuiditas terjaga baik.

Bank Mutiara memilih memagari nasabah berkocek tebal terlebih dahulu karena tipe nasabah ini paling sensitif terhadap besaran bunga. "Dalam mengendalikan inflasi, BI gencar menyerap uang beredar sehingga bank harus menjaga pasokan dana. Jadi, menaikkan bunga deposito menjadi pilihan realistis," kata Direktur Jaringan dan Distribusi Bank Mutiara Benny Purnomo.

livingrealty Suku bunga KPR ikut terkerek pasca kenaikan BI Rate

Risiko NPL melejit

Bak efek berantai, kenaikan bunga simpanan tentu ikut mengerek bunga kredit. Benny mengatakan, kenaikan bunga simpanan menyebabkan biaya dana Bank Mutiara meningkat dari 7,4 persen menjadi 7,5 persen. ''Dalam kondisi seret likuiditas, bank akan bermain pada suku bunga simpanan," kata Benny.

Begitu pula Bank Mega, yang mengalami kenaikan biaya dana sebesar 0,1 persen dari posisi akhir Juni lalu sebesar 4,35 persen. Nah, demi menutup pembengkakan biaya dana tersebut, bank bakal menaikkan bunga kredit. Namun, perbankan cenderung berhati-hati melakukan aksi tersebut.

"Kami tidak bisa sembarangan menaikkan bunga sektor korporasi karena persaingan sangat ketat dan bank lain juga pasti mikir-mikir kalau mau menaikkan bunga," kata Kostaman Thayib, Presiden Direktur Bank Mega.

Perbankan lebih memilih menaikkan bunga kredit ritel seperti kredit konsumsi. Kredit yang masuk segmen ini antara lain kredit pemilikan rumah (KPR), kredit pemilikan apartemen (KPA), dan kredit kendaraan bermotor (KKB).

Beberapa bank seperti Bank Central Asia (BCA), Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Mutiara mengutamakan tarif revisi bunga kredit untuk debitor baru. Awal September lalu, Bank Mutiara sudah menaikkan bunga KPR sebesar 0,25 persen–0,50 persen. Meski membuka peluang menaikkan bunga KPR untuk debitor lama, Bank Mutiara akan melihatnya kasus per kasus.

Bunga KPR BCA akan naik pada pekan kedua September ini. Seperti bunga KPR fixed setahun yang semula 7,5 persen dinaikkan menjadi 8,25 persen, dan bunga KPR fixed 2 tahun dikerek dari 8 persen menjadi 8,75 persen per tahun. Untuk program fixed and cap, bunga KPR BCA dinaikkan dari 8 persen dan 9,5 persen menjadi 8,8 persen dan 9,9 persen.

Halaman:
Sumber Kontan
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com