Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suku Bunga Naik, Ini Harapan Pengusaha ke Pemerintah

Kompas.com - 16/09/2013, 08:58 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 7,25 persen sebagai salah upaya yang harus dilakukan untuk mengantisipasi permasalahan perekonomian nasional.  Kadin memperkirakan kebijakan tersebut kemungkinan akan bisa terus naik lagi.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perbankan dan Finansial, Rosan P Roeslani mengatakan, langkah tersebut memang harus dilakukan karena posisi perekonomian yang kurang baik dengan 9,5 persen inflasi yang diperkiran bisa hingga akhir tahun 2013, perlambatan pertumbuhan ekonomi yang diprediksi menjadi hanya 5,8 persen dari sebelumnya 6,3 persen dan neraca perdagangan yang defisit.

“Belum lagi penguatan ekonomi di AS dan Eropa, sehingga banyak investor yang sifatnya jangka pendek di pasar modal keluar dari emerging market balik ke sana,” ungkap Rosan di Jakarta, Minggu (15/9/2013).

Rosan menilai tindakan BI tersebut sudah tepat karena diharapkan bisa mendongkrak posisi rupiah, walaupun banyak yang berpikir bahwa langkah ini kurang efektif untuk menahan pelemahan rupiah terhadap dollar AS.

"Suku bunga naik, aliran dana asing diharapkan bisa masuk lagi ke pasar domestik sehingga menambah likuiditas dollar AS," tambahnya.

Di sisi lain, Rosan memaparkan bahwa dengan naiknya suku bunga acuan akan turut berdampak pada kenaikan suku bunga perbankan. “Dikhawatirkan pertumbuhan bank akan berkurang, sehingga laju pertumbuhan ekonomi juga akan berkurang karena lending (pinjaman) perbankan, terutama bagi korporasi besar juga akan ditahan,” kata dia.

Meski demikian, Rosan menilai bahwa penaikan suku bunga acuan ini dampaknya tidak terlalu besar bagi Usaha Kecil Menengah (UKM). “Untuk korporasi yang besar dampaknya akan terasa, tapi untuk yang UKM tidak terlalu terasa, karena sifatnya yang kurang sensitif terhadap penaikan suku bunga itu. Kalau kenaikan hanya 0,25 masih bisa diterima, namun bagi korporasi besar kenaikan segitu saja memang berdampak sangat besar,” terang dia.

Pemerintah, kata Rosan, harus berani memberikan insentif, relaksasi, stimulus-stimulus, dan berani melakukan terobosan-terobosan yang tidak konvensional seperti menaikan suku bunga. “Pemerintah juga harus memperhatikan Capital Adequacy Ratio (CAR) / Rasio Kecukupan Modal, sehingga pertumbuhan kredit perbankan dapat seimbang guna mendukung stabilitas industri perbankan dan sistem keuangan, serta pada gilirannya dapat berdampak positif juga bagi sektor riil,” kata Rosan.

Ke depan, tambah Rosan, untuk penguatan rupiah bisa dilakukan dengan ketentuan semua transaksi yang ada di dalam negeri harus menggunakan rupiah. Upaya tersebut bisa mulai dilakukan dari hal-hal yang sifatnya sederhana, seperti sewa perkantoran yang selama ini masih harus menggunakan dollar AS, demikian dengan sewa ruangan hotel dengan rate dollar AS semua harus diganti dengan menggunakan rupiah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com