Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Patokan Harga CPO Dunia Harus Rupiah dan Bukan Ringgit

Kompas.com - 26/09/2013, 19:26 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Indonesia harus mampu menekan Uni Eropa dan Amerika Serikat soal patokan harga minyak sawit mentah (CPO). Selama ini patokan harga CPO justru memakai ringgit Malaysia dan bukan rupiah.

Anggota Komisi IV dari Fraksi Partai Golkar Siswono Yudhohusodo mengatakan, pemerintah Indonesia bisa menyuarakan pendapat tersebut dalam perhelatan KTT APEC Oktober mendatang.

"Selama ini Indonesia menjadi negara terbesar dalam produksi kelapa sawit sejak lima tahun terakhir. Namun patokan harga CPO dunia malah memakai ringgit Malaysia, bukan rupiah," kata Siswono dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (26/9/2013).

Ia menilai karena KTT APEC akan berlangsung di Indonesia, maka bisa menjadi momentum bagi Indonesia untuk menekan Uni Eropa dan Amerika Serikat. Sebab, pemerintah Indonesia telah berhasil memasukkan isu mengenai produk kelapa sawit yang selama ini dinilai sebagai produk yang tidak ramah lingkungan.

Sebagai negara terbesar produsen CPO, Indonesia mampu memproduksi CPO di tahun ini sebesar 25 juta ton. Sementara Malaysia hanya 18,9 juta ton. “Sebagai pemain terbesar, Indonesia harusnya lebih dominan dalam komoditas ini. Konsumsi minyak kelapa sawit di dunia sendiri meningkat sebanyak 7 persen setiap tahunnya. Harusnya Indonesia lebih agresif,” tuturnya.

Harga minyak kelapa sawit dunia kini sudah melebihi dua kali lipat biaya produksinya dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini yang tidak terjadi dengan komoditas lainnya di Asia selama beberapa dekade.

Saat ini, komoditas nabati dunia didominasi oleh tiga jenis komoditas, yakni sawit, canola, dan soybean (Kacang Kedelai). Pasar sawit mayoritas terdapat di Asia, komoditas Canola mayoritas terdapat di Eropa, dan mayoritas komoditas soybean terdapat di Amerika.

Menurut Siswono, saat ini komoditas sawit lebih kompetitif dan efisien, jika dibandingkan dengan komoditas canola dan soybean. Karena itu, Siswono menduga karena alasan itulah Amerika dan Eropa menekan pasar sawit di Asia. “Ketakutan itulah yang membuat Amerika dan Eropa menahan komoditas sawit,” ujar Siswono.

Bagi Indonesia, ekspor CPO menjadi pendorong utama kinerja ekspor non-migas pada Mei 2013. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada Mei 2013 ekspor lemak dan minyak hewan/nabati Indonesia naik 311,9 juta dollar AS, dari 1.400,4 juta dollar AS pada April 2013 menjadi 1.712,3 juta dollar AS.

“Sebagai tuan rumah APEC seharusnya Indonesia bisa lebih tegas. Tidak perlu malu-malu menjadi pemimpin di bidang yang didominasi oleh Indonesia. Apalagi CPO adalah penyumbang devisa ekspor,” tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Harga Tiket Kereta Bandara dari Manggarai dan BNI City 2024

Spend Smart
Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Penukaran Uang, BI Pastikan Masyarakat Terima Uang Baru dan Layak Edar

Whats New
Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Cara Cek Tarif Tol secara Online Lewat Google Maps

Work Smart
PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

PT SMI Sebut Ada 6 Investor Akan Masuk ke IKN, Bakal Bangun Perumahan

Whats New
Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Long Weekend, KAI Tambah 49 Perjalanan Kereta Api pada 28-31 Maret

Whats New
Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Ini Sejumlah Faktor di Indonesia yang Mendorong CCS Jadi Peluang Bisnis Baru Masa Depan

Whats New
ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

ITMG Bakal Tebar Dividen Rp 5,1 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com