Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Harus Fanatik pada Produk Dalam Negeri

Kompas.com - 27/09/2013, 10:02 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Alex Retraubun, mengingatkan warga Indonesia harus fanatik terhadap produk dalam negeri."Kalau tidak fanatik terhadap produk sendiri, kita dianggap sebagai bangsa yang bodoh," ujarnya ketika membuka Pameran Produksi Indonesia (PPI) di ruang The Function Trans Convention Centre, The Trans Luxury Hotel, Bandung, Kamis (26/9/2013).

Alex mengaku di lemari pakaiannya tidak ada lagi kemeja dan dasi tetapi penuh dengan batik dari Aceh sampai Papua. "Saya berusaha mencontohkan yang baik," kata Alex.

Ia menyatakan, Indonesia khawatir dengan globalisasi, termasuk ASEAN Economic Community (AEC) pada 2015. Hal Itu karena takut dan kurang percaya diri. "Kita tidak harus takut tanpa berbuat apa-apa. Takut bagus demi bereaksi menghadapi globalisasi itu. Kita bodoh karena mau diserang tapi diam tidak mau fanatik dengan produk sendiri," ujarnya.

Menurutnya, PPI media memperkenalkan produk tanah air dan media membangun kecintaan produk sendiri. PPI juga bagian dari persiapan menghadapi AEC pada 2015. Karena itu, ia mengharapkan Indonesia tak hanya jadi pasar produk AEC 2015.

"Jangan sampai Indonesia dieksploitasi karena jumlah penduduknya banyak, jumlah penduduk mestinya menjadi daya tawar," ujar Alex.

Sekretaris Jenderal Kemenperin, Ansari Bukhari, menambahkan separuh dari 500 juta penduduk ASEAN ada di Indonesia. "Itu adalah pasar besar. Namun, kita harus menjual bukan hanya menjadi sasaran pasar," tegasnya.

PPI di Bandung diikuti 126 peserta dan sekitar 60 persen peserta PPI berasal dari Jabar. Kepala Badan Pengurus Nasional Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, mengatakan penggunaan produk dalam negeri berarti turut mempertahankan lapangan kerja di bidang industri. "Kita membantu para pekerja untuk terhindar dari PHK," ujarnya.

Ade menilai masyarakat Indonesia berorientasi pada merek . Itu sebabnya meski tekstil Indonesia diakui dunia tapi tak banyak dilirik di dalam negeri.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar, Ferry Sofwan, mengatakan pemerintah provinsi Jabar sedang mempersiapkan tiga pusat pelatihan tekstil yakni Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Majalengka. Masing-masing berkapasitas 200 orang.

Pihaknya menargetkan pusat pelatihan tekstil di Kota Bandung mulai beroperasi akhir tahun ini. Satu angkatan peserta pelatihan mengikuti pelatihan selama 20 hari. "Kami targetkan, tahun ini, 100-200 orang yang mengikuti pelatihan tekstil di Kota Bandung," katanya.

Pusat pelatihan di Kabupaten Bandung dan Majelengka dibangun satu atau dua tahun berikutnya. Lokasi pusat pelatihan tekstil di Majalengka sedang dalam proses pembebasan lahan. (tom)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com