Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Paling Ketat Terhadap Produk Jamu

Kompas.com - 29/09/2013, 13:11 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Australia, salah satu negara anggota Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), disebut sebagai negara yang paling protektif terhadap produk jamu.

GM Corporate Planning and Communication Mustika Ratu, Dwi Putri Yanti mengatakan, produk jamu sampai saat ini masih dianggap sebagai semi pengobatan. Sehingga izin masuk ke negara lain tidak semudah produk lain, seperti kosmetik.  “Ini yang jadi kendala. Australia paling ketat,” kata dia ditemui di sela-sela September “Horti” Ceria, di lapangan Monas, Jakarta, Minggu (29/9/2013).

Selain Australia, negara China (Tiongkok) juga diakui menerapkan regulasi sangat berat terhadap produk jamu dari Indonesia. Hal itu kata Dwi, karena mereka juga memiliki obat tradisional. Sehingga, China pun berusaha melakukan proteksi terhadap pasar mereka sendiri.

“Eropa Barat juga sangat berat. Mereka ingin yang namanya jamu ini teruji klinis sesuai standar mereka. Dan itu biayanya mahal sekai. Pengujian klinis satu item bisa memakan biaya hingga setengah miliar rupiah,” ujarnya.

Ditemui dalam kesempatan sama, General Manager Marketing Mustika Ratu, Ani Wahyuningsih, mengatakan, pemerintah Indonesia juga harus memberikan proteksi terhadap produsen dalam negeri. Produk herbal dari luar yang sekarang banyak ditemui di pasaran, sebagian tidak memenuhi kriteria jamu sebagaimana yang disyaratkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

“Di era perdagangan bebas, kita perlu proteksi, yang namanya jamu tidak boleh dicampur bahan kimia obat. Itu yang harus diperjuangkan, harus ada regulasinya di Indonesia,” tuturnya.

Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi mengatakan Indonesia akan mempromosikan jamu dan pengobatan alternatif dalam KTT APEC yang akan dihelat di Bali, pada Oktober 2013.

Saat ini pengobatan yang diterima di negara anggota APEC masih berbasis medik, yang dikenal dengan istilah pharmateucal based. Padahal, banyak diantara 21 negara anggota APEC yang memiliki pengobatan alternatif dan jamu-jamu tradisional yang sifatnya preventif, atau mencegah penyakit.

"Kita ingin supaya itu diakui. Tidak menggantikan medical tapi diakui, sebagai upaya menjaga kesehatan," kata Bayu di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (27/9/2013).

Dalam pertemuan di APEC nanti, akan perwakilan dari negara anggota akan menyamakan pemahaman tentang pengobatan alternatif dan tradisional, sehingga ada standardisasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com