Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cara Pemerintah Tekan Impor BBM

Kompas.com - 30/09/2013, 13:44 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah berkomitmen untuk menekan impor bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini terus melonjak. Ada dua cara untuk menekan konsumsi BBM tersebut. Apa saja?

Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro mengatakan, dua cara tersebut adalah pertama, pengendalian konsumsi BBM terutama BBM bersubsidi seperti yang sudah disepakati di APBN 2014. Pemerintah masih menjaga konsumsi BBM bersubsidi agar tidak melebihi kuota yang telah direncanakan.

Di tahun ini, pemerintah menargetkan kuota BBM bersubsidi sebesar 48 juta KL dan di tahun depan menjadi sekitar 50,5 juta KL. Untuk solar sebesar 32,9 juta KL dan minyak tanah sebesar 1,1 juta KL. Untuk menjaga agar kuota tidak jebol, pemerintah bekerjasama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT Pertamina Persero untuk mengendalikan konsumsi BBM melalui alat Radio Frequency Identification (RFID).

Untuk anggaran BBM bersubsidi di tahun depan juga sedikit mulai dipangkas, meski masih besar. Pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp 194,9 triliun, menurun dibanding anggaran subsidi BBM di tahun 2012 dan 2013 yang masing-masing Rp 211,9 triliun dan Rp 199,9 triliun.

"Ya kita akan coba kendalikan impor BBM. Kan sudah yang substitusi bagaimana mengurangi migas. Mengurangi migas bisa dua, bisa dengan pengendalian konsumsi termasuk yang kita coba sepakati di APBN 2014," kata Bambang di Jakarta, Senin (30/9/2013).

Cara Kedua untuk menekan impor BBM adalah substitusi. Selama ini pemerintah memang sudah mulai menggalakkan energi terbarukan untuk mengurangi kecenderungan impor BBM tersebut. Energi terbarukan ini seperti geothermal, gas (termasuk gas methane/CBM), shale gas, tenaga air hingga tenaga angin.

"Kalau memang ada energi lokal yang bisa menggantikan BBM, ya kita gunakan meskipun jumlahnya terbatas dulu," jelasnya.

Sekadar catatan, karena impor migas membengkak, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit tertinggi sepanjang masa, yakni 2,31 miliar dollar AS pada Juli 2013. Di tujuh bulan pertama 2013, defisit perdagangan sudah mencapai 5,56 miliar dollar AS.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juli 2013, impor migas mencapai 4,14 miliar dollar AS atau naik 17,17 persen dibanding Juni 2013 sebesar 3,53 miliar dollar AS.

Dari Januari-Juli 2013, secara total impor migas mencapai 26,24 miliar dollar AS, tumbuh 8,46 persen dibanding periode yang sama tahun 2012 lalu sebesar 24,2 miliar dollar AS. Ini pula yang menyebabkan defisit current account atau transaksi berjalan membengkak menjadi 4,4 persen dari PDB Indonesia atau sebesar 9,8 miliar dollar AS pada triwulan II 2013.

Dengan kondisi seperti ini, ditambah adanya penjualan mobil yang pesat, tidak heran apabila Indonesia diprediksi akan menjadi importir BBM terbesar dunia pada lima tahun mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com