Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Organda: Mobil Murah "Punahkan" Angkutan Umum

Kompas.com - 09/10/2013, 12:41 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) dinilai akan mengancam eksistensi angkutan umum darat, utamanya yang beroperasi jarak pendek atau dalam kota.

Ketua Umum DPP Organda, Eka Sari Lorena mengatakan, hal itu disebabkan rit yang bisa ditempuh angkutanumum jarak pendek menurun lantaran kemacetan yang bertambah akibat mobil murah.

"Organda angkutan jarak menengah dan jauh bisa survive, karena mobil murah tidak bisa ke Surabaya, karena risikonya terlalu besar. Tapi kalau angkutan jarak pendek atau di perkotaan, mereka akan punah," kata Eka Sari Lorena, Rabu (9/10/2013).

Menurutnya, dengan banyaknya angkutan pribadi yang menyesaki jalanan perkotaan, akan menyebabkan kemacetan yang luar biasa. Ia menaksir, akibat kemacetan tersebut rata-rata kecepatan kendaraan di perkotaan bakal turun 2-4 persen setiap enam bulan.

"Dengan rit yang lebih sedikit ini maka biaya operasional menjadi tidak efisien," jelas Lorena.

Padahal lanjut Lorena, dalam UU 22 tahun 2009, pemerintah sudah diamanatkan untuk menyediakan angkutan umum yang aman, nyaman dan mudah diakses. Selain itu, pemerintah juga harus bertanggung jawab penuh pada angkutan barang dan orang.

"Dalam UU tadi juga pemerintah harus menciptakan lapangan usaha bagi penyelengaraa angkutan umum, sehingga mereka bisa hidup," kata Lorena. "Di UU ini sudah diatur. Tapi apa sudah dilaksanakan selama hampir 70 tahun Indonesia merdeka," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com