Kemudian, Jonan menanyakan ke teknisi di PT KAI. Dia mendapat jawaban bahwa tidak mungkin dibuat tempat penampungan limbah di toilet kereta. Hal itu disebabkan jumlah penumpang kereta sangat banyak.
"Saya lalu bilang pesawat Boeing 747 yang penumpangnya lebih banyak saja bisa. Jadi, di kereta harus bisa," kata Jonan dalam acara peluncuran buku Jonan dan Evolusi Kereta Api Indonesia di Erasmus Huis Pusat Kebudayaan Belanda, Jakarta, Rabu (9/10/2013).
Tak cukup sampai di situ, kata Jonan, pihak teknisi kembali mengatakan bahwa untuk membuat sistem toilet yang diinginkan Jonan tersebut, dibutuhkan biaya sekitar Rp 750 juta per toiletnya.
"Saya bilang ke mereka, wah lebih baik beli mobil Mercy ya daripada bikin toilet," ujarnya.
Namun, Jonan tetap pada pendiriannya. Akhirnya, sistem toilet dengan penampungan limbah dapat terealisasi dan hanya dengan biaya Rp 100 juta.
Jonan mengakui, saat pertama kali menjabat sebagai Dirut PT KAI, dia memang memulai langkah awal dari pembenahan toilet. Menurutnya, toilet mencerminkan perilaku suatu masyarakat. Menurutnya, tak ada orang yang bisa hidup tanpa adanya toilet.
Dari toilet itulah, lanjut Jonan, dia dapat mengajak seluruh karyawan PT KAI menjadi customer oriented. Padahal, sebelumnya, karyawan PT KAI sangat acuh tak acuh dalam melayani penumpang.
"Belum ada semangat customer oriented karena merasa tidak punya saingan. Jadi, orang mau naik kereta syukur, enggak naik alhamdulillah," candanya.
--------------------------------------------
Ignasius Jonan, CEO, PT. Kereta Api Indonesia, akan menjadi pembicara pada Asia Pacific Media Forum (APMF) 2014 di Bali, 18-20 September 2014. Info lengkap mengenai APMF dapat dilihat di www.apmf.com.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.