Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IGJ: Paket Bali Tak Layak Diloloskan

Kompas.com - 30/10/2013, 15:11 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia for Global Justice (IGJ) mengklaim paket Bali yang akan dibahas dalam konferensi tingkat menteri ke 9 dalam pertemuan para menteri Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Bali, Desember 2013, tidak layak untuk diloloskan. Pasalnya, menurut M Riza Damanik, eksekutif direktor IGJ, paket tersebut justru membawa kerugian bagi perekonomian Indonesia.

Ia pun secara terang-terangan berharap agar perundingan di Bali mendatang, mengalami kebuntuan. “Paket Bali bukanlah paket yang layak untuk diloloskan. Justru itu adalah tahap konsolidasi sempurna dari proses liberalisasi perdagangan dan investasi,” kata Riza di sekretariat IGJ, di bilangan Tebet, Jakarta, Rabu (30/10/2013).

Adapun 3 hal yang ada dalam paket Bali tersebut ialah, perjanjian trader facilitation, perjanjian pertanian khususnya proposal dari negara G33, serta, paket pembangunan Least Developed Countries (LDCs/negara kurang maju).

Riza mengatakan, sejak berkomitmen dengan WTO, perdagangan Indonesia sudah 75 persen liberal. Konsekuensi dari komitmen ini adalah negara-negara harus mengurangi hambatan-hambatan perdagangan.

Salah satu contoh, kata Riza, beberapa waktu lalu pemerintah pernah berani mengambil langkah memproteksi perdagangan, dengan aturan importasi hortikultura. Namun, tak berselang, keberanian menguap menyusul kekhawatiran tuntutan dari negara anggota WTO. Aturan importasi hortikultura pun digugurkan. “Kalau proposal pangan sesuai permintaan negara maju, maka impor pangan kita semakin tak terbendung,” ungkapnya.

Dari sisi investasi, sebutnya, komitmen pendanaan negara maju di dalam trade facilitaion hanya akan menambah ketergantungan Indonesia akan modal asing, yang berpotensi menambah beban utang.

Selain itu, menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang bertumpu pada foreign direct investment (FDI), sangat rentan terharap gejolak global. “Saya katakan itu lazy economy system, dia (Indonesia) tidak ingin menggunakan tangannya sendiri tapi tangan orang lain. Persoalannya ini akan menyebabkan kerentanan ekonomi,” kata Riza.

Ia menambahkan, pemerintah bisa menilik kembali perekonomian sebelum 1998 yang bertumpu pada petani, nelayan, buruh, dan UMKM, dan bukannya berharap banyak dari FDI ataupun perusahaan transnasional.

“Kalau yang terjadi seperti 1998, bergantung di tingkat petani nelayan buruh dan UMKM, ketika ekonomi global memberikan dampak, tapi bisa diantisipasi dengan daya lenting yang cukup kuat ini,” katanya.

Dalam pemaparannya, Riza juga menyertakan data pertumbuhan ekonomi antara negara maju dan negara berkembang tiga tahun terakhir. Kesimpulannya, selama tiga tahun terakhir ekspor negara maju semakin tumbuh. Bahkan pada 2012, pertumbuhan impornya -0,1 persen. Sementara itu, negara berkembang semakin terbanjiri barang-barang produksi negara maju.

Pada akhirnya, pertemuan WTO dikhawatirkan mendorong semakin tingginya arus barang yang masuk dari negara maju ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BUMN Farmasi Ini Akui Tak Sanggup Bayar Gaji Karyawan Sejak Maret 2024

BUMN Farmasi Ini Akui Tak Sanggup Bayar Gaji Karyawan Sejak Maret 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu Debit Mandiri Contactless

Cara Membuat Kartu Debit Mandiri Contactless

Work Smart
Rincian Lengkap Harga Emas 19 April 2024 di Pegadaian

Rincian Lengkap Harga Emas 19 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Kembali Tertekan, Nilai Tukar Rupiah Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS

Kembali Tertekan, Nilai Tukar Rupiah Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS

Whats New
Gencar Ekspansi, BUAH Bangun Cold Storage di Samarinda dan Pekanbaru

Gencar Ekspansi, BUAH Bangun Cold Storage di Samarinda dan Pekanbaru

Whats New
Harga Jagung Anjlok: Rombak Kelembagaan Rantai Pasok Pertanian

Harga Jagung Anjlok: Rombak Kelembagaan Rantai Pasok Pertanian

Whats New
Bandara Internasional Soekarno-Hatta Peringkat 28 Bandara Terbaik di Dunia

Bandara Internasional Soekarno-Hatta Peringkat 28 Bandara Terbaik di Dunia

Whats New
IHSG Ambles 1,07 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.266 Per Dollar AS

IHSG Ambles 1,07 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.266 Per Dollar AS

Whats New
Buka Asia Business Council's 2024, Airlangga Tegaskan Komitmen Indonesia Percepat Pembangunan Ekonomi

Buka Asia Business Council's 2024, Airlangga Tegaskan Komitmen Indonesia Percepat Pembangunan Ekonomi

Whats New
Voucer Digital Pizza Hut Kini Tersedia di Ultra Voucher

Voucer Digital Pizza Hut Kini Tersedia di Ultra Voucher

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 19 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 19 April 2024, Harga Cabai Rawit Merah Naik

Whats New
Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Earn Smart
Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Whats New
IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Earn Smart
Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com