"Kalau dibanding dengan Malaysia atau Singapura, ya beda dong. Apalagi dengan Amerika Serikat," kata Chatib saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis (31/10/2013).
Ia menambahkan, Bank Dunia seharusnya membandingkan negara sesuai degan pendapatan per kapita. Di sisi lain juga harus menyesuaikan dengan jumlah penduduknya. "Kalau bikin perbandingan, harus begitu dong," tambahnya.
Yang penting, lanjutnya, pemerintah akan berusaha memperbaiki kondisi iklim investasi di tanah air,baik kemudahan dalam berbisnis, perizinan hingga urusan upah.
Soal target kenaikan peringkat, Chatib pun enggan menjelaskan. "Kalau soal ranking, musti tanya Bank Dunia. Yang penting semua (indikator) akan kita perbaiki," tambahnya.
Sebelumnya, Bank Dunia melaporkan peringkat daya saing "Doing Business" Indonesia berada di posisi 120 dari 189 negara. Dalam laporan ini, banyak negara membuat orang lebih mudah memulai dan menjalankan bisnis lokal, sedangkan negara-negara berpenghasilan rendah bergerak lebih cepat memperbaiki keadaan daripada negara yang lebih besar.
Singapura dan Hongkong menempati peringkat tempat terbaik di dunia, masing-masing urutan pertama dan kedua, diikuti Selandia Baru, Amerika Serikat dan Denmark menggenapi lima besar, seperti tahun lalu.
Dalam hal menjalankan kemudahan menjalankan bisnis, Indonesia kalah bersaing dari sesama negara ASEAN, yaitu Malaysia peringkat 6, Thailand 18, Brunei Darussalam 59, Vietnam 99 dan Filipina 108. Indonesia hanya lebih baik dari Kamboja yang berada pada peringkat 137.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.