Sebagaimana diketahui, isu pertanian yang ada dalam Paket Bali itu bakal dirundingkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi World Trade Organization (KTT WTO) ke-9 pada Desember mendatang bersama isu trade facilitation dan isu negara-negara sangat terbelakang (LDCs).
"Apa pun juga, petanian terlalu penting terus terang saja. Kita mengalami dinamika di mana ada kecenderungan defisit kita makin lama makin banyak," ujar Darmin dalam pengantar diskusi panel bertajuk "Peran dan Kepentingan Indonesia dalam WTO", di Jakarta, Selasa (12/11/2013).
Di hadapan pejabat Kementerian Perdagangan, mantan Gubernur Bank Indonesia itu bercerita, Indonesia pernah menjadi eksportir sapi pada 1970-an. Begitu juga dengan gula, yang mana Indonesia menjadi negara eksportir terbesar kedua di dunia. Sayangnya, tak bertahan lama kinerja ekpor komoditas pertanian mampu mengakumulasi pertumbuhan ekonomi, Indonesia kian menjadi negara importir, nett importir.
Bahkan, lanjut Darmin, untuk memenuhi kebutuhan garam pun Indonesia juga bergantung terhadap impor. "Tentu ini (pertanian) penting di WTO. Tapi di luar itu, sebetulnya bagaimana kita menjawab dinamika yang kita ciptakan sendiri. Jangan gara-gara dinamika itu, pertumbuhannya yang disalahkan," kata Darmin.
"Jadi kalau enggak pandai menari, jangan lantainya yang disalahkan," tambah Darmin.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.