Hal itu dilakukan lantaran kepemilikan saham oleh pemodal asing pada maskapai rival Qantas, Virgin Australia, semakin bertambah. Kondisi tersebut dikhawatirkan bakal mengganggu stabilitas bisnis maskapai berlambang kanguru itu.
CEO Qantas, Alan Joyce telah meminta pemerintah Australia menghentikan aksi penambahan kepemilikan asing pada Virgin Australia, di mana saat ini 63 persen saham maskapai Virgin dimiliki oleh Singapore Airlines, Air New Zealand dan Etihad.
Joyce mengklaim penambahan modal sebesar 328 juta dollar AS kepada Virgin Australia akan meningkatkan kepemilikan asing menjadi 80 persen.
"Tidak ada negara di dunia ini yang mengizinkan pemodal asing diberi keleluasaan hingga sebesar itu dalam industri penerbangan," tulis Joyce dalam memo sebagaimana dikutip dari AFP, Selasa (19/11/2013).
Memo tersebut juga diikuti oleh petisi online--fairgo4qantas--yang sejauh ini telah menarik dukungan sekitar 5.000 orang mendukung kampanye tersebut.
Sementara itu, Virgin Australia, berargumen bahwa perseroan telah bekerja keras membangun bisnis. Maskapai swasta Australia ini menyatakan landscape industri penerbangan di negara tersebut telah berubah dan tak lagi ada monopoli.
Namun, Joyce menuding Virgin telah mempermainkan harga secara tidak fair dan menerapkan harga yang jauh di bawah Qantas.
Sebelumnya, dalam ketentuan privatisasi Qantas pada 1995, kepemilikan asing pada maskapai tersebut dibatasi hingga 49 persen. Sedangkan, untuk maskapai Virgin Australia kepemilikan asing kepemilikan bisa melampaui angka tersebut.