Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Negara Agraris, tetapi Pangan Sebabkan Inflasi

Kompas.com - 20/11/2013, 16:45 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kenaikan harga bahan pangan dikatakan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D W Martowardojo menyumbang inflasi selain dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Agus menyatakan, inflasi pada tahun 2013 ini cukup tinggi, sedikit di bawah angka 9 persen. Angka ini, lanjut dia, lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, saat angka inflasi hanya mencapai posisi 5 persen.

"Ini karena adanya kenaikan harga BBM subsidi, namun selain adanya kenaikan BBM inflasi juga disumbang oleh harga pangan seperti cabai atau sambal ini. Sayang sekali negara agraris dan tropis tidak bisa mempunyai kecukupan cabai dan sambal untuk rakyat Indonesia, sehingga sering ada gejolak harga dan sebabkan inflasi," kata Agus dalam keynote speech-nya pada pembukaan Global Entrepreneurship Week 2013 di Gedung BI, Rabu (20/11/2013).

Terkait kondisi tersebut, Agus mengimbau agar selalu ada inovasi, utamanya di kalangan wiraswasta untuk menyumbang kontribusi guna memenuhi kebutuhan dan permintaan cabai dan produk olahannya seperti sambal.

"Para entrepreneur diharapkan berkontribusi agar bisa menekan inflasi lagi. Saya percaya dengan mengembangkan entrepreneur akan memiliki postur neraca transaksi berjalan agar seimbang," ujarnya.

Peran wiraswasta yang andal, menurut Agus, dibutuhkan agar Indonesia memiliki industri yang mandiri, baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kelas menengah yang jumlahnya terus berkembang maupun bersaing di kancah global.

"Niscaya bila kondisi ini tercapai, kita akan memiliki postur neraca transaksi berjalan yang lebih berkesinambungan," ujarnya.

Mendukung penyataan Agus tentang cabai, pada kesempatan yang sama, pengusaha Ciputra mengatakan, inovasi produk olahan cabai merupakan sebuah langkah yang patut diapresiasi. Modifikasi produk cabai, katanya, dapat menekan laju inflasi.

"Cabai sebelumnya harganya mahal. Itu ditemukan modifikasi menjadi bubuk cabai. Ini bisa mengurangi inflasi, karena harganya menjadi stabil. Jadi kalau masuk ke dalam angka indeks tersebut, itu harga cabainya tidak mahal lagi," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com