Ketua Umum Dewan Teh Indonesia Rachmat Badruddin mengatakan, saat ini anggaran untuk pengembangan teh nasional meningkat dari semula hanya Rp 5 miliar per tahun menjadi Rp 48 miliar. Meski demikian, anggaran tersebut harus dimanfaatkan dengan baik untuk mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas teh nasional.
Dia mengimbau para petani yang menjadi sasaran program pemberdayaan pengembangan teh turut berpartisipasi dengan sungguh-sungguh. ”Kalau mental petani hanya meminta dan tidak ada upaya kuat mengubah nasib sendiri, dana yang besar itu tidak akan banyak gunanya,” katanya.
Akan lebih baik kalau pengembangan industri teh nasional mengintegrasikan dari hulu ke hilir.
”Yang penting apakah terlintas di benak kita semua untuk menjadikan industri teh nasional maju. Berbagai industri teh dunia juga kesulitan bahan baku, ini peluang bagi Indonesia,” katanya.
Menurut Rusman, perlu kolaborasi lintas sektoral untuk pengembangan industri teh nasional. Tidak hanya Kementerian Pertanian yang mengurusi masalah budidaya, tetapi juga Kementerian Perindustrian
yang mengurusi masalah pengolahan.
Rusman mengatakan, saat ini, lahan teh nasional hanya tersisa 120.000 hektar. Produksi teh 150.000 ton per tahun teh kering dengan ekspor 80.000 ton. Impor teh 20.000 ton dan terus meningkat setiap tahun. ”Lama-lama akan terjadi keseimbangan neraca perdagangan teh sebelum akhirnya Indonesia akan defisit,” katanya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Anton J Supit mengatakan, dibandingkan dengan tanaman perkebunan mana pun, penyerapan tenaga kerja di perkebunan teh tidak tertandingi. Keberadaan tanaman teh di pegunungan dan sistem perakaran yang kuat mampu menahan banjir.
Perkebunan teh juga merupakan magnet pariwisata yang menjanjikan dan penyumbang devisa dari ekspor. Dalam dua tahun belakangan terjadi kelebihan pasokan teh di pasar dunia. Komoditas teh Indonesia kalah bersaing sehingga perusahaan perkebunan teh Indonesia banyak yang merugi. (MAS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.