Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punya Rumah Seharga Rp 30 Miliar Bayar Pajak Hanya Rp 2,8 Juta

Kompas.com - 13/12/2013, 07:47 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Ada banyak orang kaya di Indonesia, memiliki rumah berharga hingga puluhan miliar, atau berpenghasilan miliaran per tahun. Namun, sayang, mereka tidak taat membayar pajak. Kalaupun membayar pajak, nilainya jauh dari yang sesungguhnya. Namun, pihak Ditjen Pajak kesulitan karena kekurangan pegawai di lapangan. Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany mengatakan, di kawasan perumahan elite Pondok Indah, Jakarta, misalnya, ada orang kaya pemilik rumah berharga miliaran, tetapi tidak jujur membayar pajak.

"Ada rumah di Pondok Indah berharga Rp 30 miliar, tetapi pemiliknya bayar pajak hanya Rp 2,8 juta. Ini terlalu kecil. Tapi, kami tidak bisa mengejar karena pegawai sedikit, padahal pemilik rumah itu punya banyak rumah, dan tinggalnya tidak menetap," kata Fuad saat acara pertemuan silaturahim dengan jajaran pemimpin redaksi dan editor media massa di Ruang Rapat Utama Kantor Ditjen Pajak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (11/12/2013) malam.

Dia menyebut contoh lain. Dasar Tanah Abang, Jakarta, misalnya ada sekitar 20.000 toko. Banyak toko memiliki penjualan besar dengan omzetnya mencapai 100 juta per bulan, atau Rp 1,2 miliar per tahun. Bahkan, ada yang berpenghasilan mencapai Rp 10 miliar per tahun.

Namun, pegawai pajak kerap kesulitan mendatangi wajib pajak di Tanah Abang. Kalaupun berhasil menemui wajib pajak, pegawai pajak sering dihardik atau malah diusir. Ini karena jumlah pegawai yang tidak memadai, cenderung diremehkan wajib pajak, yang kadang kala bersikap kayak preman, atau dikawal preman.

"Jadi, menurut saya, untuk pasar Tanah Abang, satu gedung itu, perlu ada 50 pegawai pajak. Setiap mendatangi wajib pajak, datang berkelompok tiga tau empat orang, dan sedikit memaksa karena mereja (wajib pajak) juga punya banyak preman," kata mantan Kepala Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ini.

Belum lagi wajib pajak yang semakin hari semakin bervariasi, bukan saja perusahaan modal asing atau perusahaan swasta nasional skala besar. "Saat ini justru yang lebih besar potensialnya, sektor informal. Tapi, sayang, belum tergarap karena tenaga habis untuk urusi perusahaan besar," kata Fuad. (Domu D Ambarita)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Heboh soal Kualifikasi Lowker KAI Dianggap Sulit, Berapa Potensi Gajinya?

Whats New
Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Tantangan Menuju Kesetaraan Gender di Perusahaan pada Era Kartini Masa Kini

Work Smart
Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Bantuan Pesantren dan Pendidikan Islam Kemenag Sudah Dibuka, Ini Daftarnya

Whats New
Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com