Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iuran BPJS Tukang Ojek dan Pedagang Pasar Berdasarkan UMP

Kompas.com - 15/12/2013, 20:28 WIB
Estu Suryowati

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Pekerja sektor informal, seperti nelayan, pedagang pasar, tukang ojek, tukang becak, juga buruh bangunan lepas, bisa ikut serta dalam program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dengan membayar premi atau iuran. Perhitungan preminya didasarkan pada upah minimum provinsi (UMP) tempat mereka bekerja.

"Iuran sektor informal tergantung dia (pekerja) ingin melaporkan upah berapa. Tergantung mereka ingin masuk kelompok upah berapa," kata Direktur Kepesertaan Jamsostek Junaedi saat berkunjung ke Pondok Pesantren Jagat 'Arsy, Tangerang, Minggu (15/12/2013).

Untuk buruh bangunan lepas yang tengah menggarap proyek, Junaedi mengatakan, iuran BPJS Ketenagakerjaan harus ditanggung oleh si pemberi kerja atau kontraktor.

Ada lima tarif premi di sektor konstruksi. Untuk proyek bernilai Rp 0-Rp 100 juta, premi yang wajib ditanggung kontraktor sebesar 0,19 persen dari nilai proyek. Proyek bernilai Rp 100 juta - Rp 500 juta, premi yang wajib ditanggung kontraktor sebesar 0,18 persen dari nilai proyek. Adapun proyek bernilai Rp 500 juta- Rp 1 miliar, premi yang wajib ditanggung kontraktor sebesar 0,15 persen dari nilai proyek. Sementara itu, proyek bernilai Rp 1 miliar - Rp 5 miliar, premi yang wajib ditanggung kontraktor sebesar 0,12 persen dari nilai proyek. Terakhir, proyek bernilai di atas Rp 5 miliar, premi yang wajib ditanggung kontraktor sebesar 0,10 persen dari nilai proyek.

Premi murah

Iuran BPJS Ketenagakerjaan didasarkan pada UMP bagi para nelayan, pedagang pasar, tukang becak dan tukang ojek yang tidak memiliki pendapatan pasti setiap bulan. Junaedi optimistis, para pekerja informal tersebut mau mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan, minimal program kecelakaan kerja, karena preminya diklaim sangat murah.

"Iuran kesehatan bagi pekerja informal sama dengan harga satu bungkus rokok, bahkan iuran jaminan kematian setara dengan biaya parkir," ujar Junaedi.

Ia menjelaskan, empat program Jamsostek pada 1 Januari 2014 nanti seluruhnya akan diserap dalam BPJS Ketenagakerjaan. Keempat program itu ialah kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan kematian, serta jaminan kesehatan.

Junaedi menambahkan, premi individu untuk sektor informal terbagi sesuai program masing-masing, dan bisa dibayar di kantor cabang Jamsostek terdekat. Premi kecelakaan kerja sebesar 1 persen dari UMP, sedangkan premi jaminan hari tua sebesar 2 persen dari UMP. Adapun premi jaminan kematian sebesar 0,3 persen dari UMP, dan jaminan kesehatan sebesar 3 persen untuk lajang, dan 6 persen untuk berkeluarga dengan 3 anak.

"Khusus untuk program jaminan kesehatan ini pendaftaran berakhir pada 31 Desember 2013. Karena, nanti Askes kan mau berubah jadi BPJS Kesehatan," kata Junaedi.

Junaedi mengakui bahwa saat ini masih banyak pekerja yang belum paham akan manfaat Jamsostek yang nantinya bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan itu. Oleh karena itu, Jamsostek menggunakan semacam agen, seperti kelompok pedagang dan asosiasi, bahkan pondok pesantren untuk menyosialisasikan BPJS Ketenagakerjaan. Kerja sama dengan pondok pesantren ini, kata dia, akan menjadi metode sosialisasi yang efektif. Ia berharap sosialisasi itu dapat dilakukan oleh guru mengaji kepada santri, kemudian dari santri ke masyarakat.

Sebagai informasi, Menteri BUMN Dahlan Iskan turut hadir dalam sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan di pondok pesantren yang saat ini memiliki peserta didik sebanyak 38 santri itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com