Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maju Mundur Kena

Kompas.com - 23/12/2013, 09:49 WIB


KOMPAS.com
- Ibarat mobil, Indonesia bisa melaju sampai 130 kilometer per jam. Namun, jika dipacu di atas 60 kilometer per jam, mesinnya kepanasan. Tanpa peningkatan kapasitas, Indonesia tak bisa melaju maksimal. Negara lain kian menjauh.

Dunia memang bukan arena balap. Namun, faktanya, siapa yang kompetitif akan menuai hasil lebih daripada yang lain. Jika globalisasi ekonomi sudah tak terbendung, satu-satunya cara yang menjamin keberlangsungan peningkatan kesejahteraan rakyat negara adalah daya saing nasional yang prima.

Inilah yang terjadi tahun 2013. Setelah tumbuh konsisten di atas 6 persen selama 2010-2012, mesin Indonesia mulai kepanasan. Transaksi berjalan sebagai indikatornya menunjukkan defisit 9,8 miliar dollar AS atau 4,4 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) pada triwulan II-2013.

Akibat kapasitas produksi rendah, tak ada pilihan lain bagi Indonesia dalam jangka pendek kecuali menurunkan laju kecepatan pertumbuhan. Untuk kesekiankalinya laju Indonesia terhambat. Dan kenyataan, Indonesia akan tinggal kelas begitu lama di kelompok negara berpendapatan menengah-bawah.

Untuk bisa naik kelas dari kelompok negara berpendapatan menengah-bawah ke menengah-atas diperlukan pertumbuhan PDB per kapita rata-rata 4,7 persen per tahun selama 28 tahun. Kurun waktu 28 tahun adalah tenggat sebuah negara naik kelas dari kelompok negara berpendapatan menengah-bawah ke menengah-atas. Jika melebihi dari tenggat itu, negara disebut terperangkap atau mengalami stagnasi yang terlalu lama.

Sementara waktu paling lama bagi negara untuk naik kelas dari kelompok berpendapatan menengah-atas ke berpendapatan tinggi adalah 14 tahun. Pertumbuhan PDB per kapita yang diperlukan minimal 3,5 persen per tahun.

Indonesia saat ini telah 25 tahun di kelompok negara berpendapatan menengah-bawah. Artinya, tiga tahun lagi harus naik kelas. Dengan PDB per kapita 5.170 dollar AS per kapita pada hari ini, dibutuhkan pertumbuhan PDB per kapita minimal 14,8 persen per tahun dalam tiga tahun ke depan guna mencapai standar minimal negara berpendapatan menengah-atas, yakni PDB sebesar 7.250 dollar AS per kapita.

Ini tidak mungkin karena pertumbuhan ekonomi justru direm tahun 2013 dan 2014 guna mengurangi besarnya defisit transaksi berjalan. Artinya, Indonesia pasti masuk perangkap. Badan Kementerian Keuangan memperkirakan Indonesia baru akan naik kelas pada 6-9 tahun lagi.

Mirip judul film drama komedi yang dibintangi Warkop DKI tahun 1983, Indonesia kini pada situasi maju kena, mundur kena. Melambat, Indonesia menjadi negara terbelakang. Melaju cepat, Indonesia kepanasan. Kuncinya pada peningkatan kapasitas produksi nasional. (FX Laksana Agung Saputra)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com