Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bernanke: Kami Sudah Berhitung Risiko Kebijakan Stimulus

Kompas.com - 17/01/2014, 03:00 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber

WASHINGTON, KOMPAS.com — Gubernur Federal Reserve Ben Bernanke, Kamis (16/1/2014), mengatakan bank sentral Amerika sudah bersiap dengan baik mengantisipasi risiko terkait kebijakan stimulus mereka, termasuk risiko inflasi tinggi dan gelembung aset.

Berbicara dua pekan sebelum mengakhiri masa jabatannya di The Fed, Bernanke menepis tudingan bahwa dia menggali sumur inflasi dengan kebijakan uang murah dalam lima tahun terakhir ini. Bernanke memimpin bank sentral Amerika melewati krisis ekonomi terburuk setelah "Depresi Hebat" pada 1930-an, antara lain dengan kucuran stimulus luar biasa besar.

Bernanke juga mengatakan The Fed tidak percaya pasar saham dan properti sudah berlebihan sekalipun tahun lalu keduanya mencatatkan pertumbuhan besar. "Kami mengembangkan semua alat yang kami butuhkan untuk mengelola suku bunga, untuk mengetatkan kebijakan moneter, bahkan jika neraca tak berubah maupun membesar," ujar dia.

Pernyataan Bernanke ini terkait kucuran quantitative easing senilai 85 miliar dollar untuk pembelian obligasi. Kebijakan ini telah menekan suku bunga acuan Amerika ke tingkat sangat rendah dalam jangka panjang.

"Artinya, kami menjalankan kebijakan moneter secara normal dan menghindari risiko inflasi yang bisa ditahan atau masalah lain yang serupa," kata Bernanke. "Tentu saja selalu memungkinkan bagi The Fed terlambat atau terlalu cepat menaikkan suku bunga acuan, (tapi) saya pikir kami sekarang memiliki banyak instrumen (moneter) sekarang."

Bernanke menempati posisinya di The Fed selama 8 tahun per 31 Januari 2014. Inflasi, kata dia, bukan fokus perhatiannya saat ini, mengingat inflasi dari indeks harga konsumen masih bertengger di kisaran 1,5 persen sepanjang 2013, berdasarkan data yang dilansir Kamis (16/1/2014).

Terkait pendapat telah terjadi over-inflasi aset, Bernanke mengatakan The Fed sangat sensitif dengan risiko krisis keuangan, yang pada 2008 bermula dari gelembung harga aset properti. Namun, kata dia, The Fed tak memilih menggunakan pendekatan pengawasan, regulasi, dan instrumen mikroprudensial untuk memastikan risiko minimal.

"Pasar saat ini tampaknya telah meluas seiring peningkatan valuasi pasar, terbesar dalam sejarah," imbuh Bernanke. Dia pun menambahkan bahwa sistem keuangan saat ini pada kondisi kuat dengan modal mantap di perbankan. "Kami tak melihat kekhawatiran atas stabilitas keuangan harus mengurangi kebutuhan untuk mengakomodasi kebijakan moneter."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Survei: 69 Persen Perusahaan Indonesia Tak Rekrut Pegawai Baru untuk Hindari PHK

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com