Adapun kebijakan tersebut, kata dia, belum tentu berupa kenaikan harga BBM. "Mengenai kebijakan subsidi BBM, yang pasti memang setelah pemilu baik itu pemilu legislatif atau pemilihan presiden itu tidak akan ada kebijakan apapun terkait BBM," kata Bambang di Jakarta, Senin (20/1/2014).
Lebih lanjut Bambang menjelaskan, kenaikan harga BBM yang terjadi selama ini karena turunnya produksi minyak mentah domestik. Ini menyebabkan berkurangnya ekspor, sehingga impor tidak bisa dihindarkan.
"Kalau minyak mentah semakin turun, maka selain ekspornya juga berkurang, penerimaan juga berkurang, maka impor kita semakin banyak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri yang memang pertumbuhannya luar biasa," ujar dia.
Bambang mengatakan, masalah lainnya adalah impor minyak mentah menggunakan mata uang dollar AS. Subsidi BBM, kata dia, dipengaruhi 2 faktor, yakni harga minyak mentah dan nilai tukar.
"Kalau dulu masalahnya harga minyak, sekarang sasarannya nilai tukar. Tentunya kita akan melakukan sesuatu, mungkin setelah bulan Mei. Tentu kita lihat kondisi ekonomi terakhir karena kita tidak tahu, kondisi ekonomi bisa berubah karena misalnya waktu 2013 orang melihat semua pesimis 2014 lebih jelek dibanding 2013," jelas Bambang.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.