Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Rupiah Menguat Pasca Pemilu

Kompas.com - 03/02/2014, 13:08 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Masa-masa pelemahan rupiah atas dollar AS diprediksi akan berakhir akhir tahun 2014 ini. Pemilihan umum yang akan digelar tahun ini menjadi faktor yang mendorong penguatan rupiah.

Ekonom Bank Standard Chartered Indonesia Fauzi Ichsan mengatakan, rupiah akan menguat pada kuartal IV 2014 pasca pemilihan umum. Adapun pada semester I 2014 rupiah akan melemah karena beberapa faktor.

"Kita melihat di semester I 2014 rupiah bisa melemah ke Rp 12.500 per dollar AS karena beberapa isu, misalnya tapering quantitative easing di AS, lalu fakta defisit transaksi berjalan Indonesia masih besar dan juga ada pemilu di bulan April dan pemilu Presiden di Juli," kata Fauzi di Hotel Four Seasons Jakarta, Senin (3/2/2014).

Fauzi memprediksi defisit transaksi berjalan Indonesia akan mulai mengecil pada semester II 2014. Tahun ini defisit diperkirakan mencapai 27 miliar dollar AS dibandingkan 32 miliar dollar AS tahun lalu. Di samping itu, kekhawatiran dan kepanikan baru terkait berakhirnya stimulus moneter oleh The Fed juga tidak ada lagi.

"Semua faktor-faktor berakhirnya quantitative easing sudah di-price in. Terbentuknya kabinet baru di Oktober nanti kita perkirakan akan ada euforia baru mengenai Indonesia dan diharapkan rupiah menguat ke arah Rp 11.400. Kalau di semeter 1 2014 rupiah bisa melemah ke arah Rp 12.500, semester II 2014 rupiah menguat ke Rp 11.400," ujar dia.

Lebih lanjut, Fauzi menjelaskan defisit transaksi berjalan masih menjadi fokus yang harus diperhatikan dalam melihat pergerakan rupiah. Selama defisit belum ditangani dengan baik, maka rupiah akan sulit merangkak menuju titik penguatan.

"Masih harus dilihat defisit transaksi berjalan Indonesia. Selama defisit masih besar, sulit berharap rupiah menguat. Ini sama seperti negara-negara yang mengalami defisit transaksi berjalan yang besar seperti Brazil, Turki, Afrika Selatan, India, dan tentu saja Indonesia," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com