Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karyawan: Merpati Selalu Dibayangi Kepentingan Politik

Kompas.com - 04/02/2014, 20:17 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Karyawan PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) merasa bahwa maskapai pelat merah itu selalu dibayangi kepentingan politik. Penilaian ini bukan tanpa alasan.

Ditemui di ruang Forum Pegawai Merpati (FPM), Selasa (4/2/2014), sejumlah karyawan Merpati berbagi cerita. Jauh sebelum sekarat, Merpati pernah berjaya. I Wayan Suarna, mengatakan, era Capt FA Sumolang, yakni pada 1989 hingga 1992 gaji karyawan Merpati tertinggi diantara BUMN.

"Waktu saya masuk gaji saya Rp 150.000, jaman Pak Sumolang naik tiga kali lipat hampir Rp 500.000. Pertamina pun kalah," ujarnya.

Tak hanya menggaji karyawannya dengan bayaran tertinggi di antara BUMN, jumlah pesawat Merpati waktu itu mencapai 105 unit, beberapa diantaranya Fokker 28 dan DC 9. Sayangnya, menurut karyawan, Merpati mulai dibayang-bayangi kepentingan politik saat masuki jaman Ridwan Fatarudin.

Ery Wardhana menuturkan, kala itu Merpati harus membeli pesawat CN 235. Padahal, dari perhitungan manajemen, pesawat tersebut tidak feasible. "Kalau kita bayar atau sewa, harganya terlalu mahal. Kenapa mahal? Karena lewat broker. Brokernya siapa? Orang Cendana (keluarga Soeharto)," terang Ery.

"Merpati ini sebenarnya sudah dibebani dari awal. Tidak pernah dilepas untuk take off secara bebas. Pasti digantungi politik," timpal Wayan.

Lebih dari 20 tahun berselang, kondisi Merpati kian memburuk. Pemerintah memang pernah menyuntikkan dana untuk Merpati beberapa kali, yakni 2005, 2006, 2008, dan 2011.

Namun kini, pesawat Merpati tinggal empat unit. Gaji karyawannya, yang katanya pernah mengalahkan gaji karyawan Pertamina, dalam tiga bulan terakhir tak dibayarkan.

Kini, pemerintah kembali berupaya melakukan penyelamatan. Karyawan Merpati pun untuk sementara waktu hanya bisa menunggu, akankah maskapai yang menghubungkan daerah-daerah pelosok di Indonesia itu, bisa terbang lagi seperti dulu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com