Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investasi Saham Selagi Muda, Mengapa Tidak?

Kompas.com - 05/02/2014, 13:57 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com — Tidak ada yang salah dengan berinvestasi saham sejak usia muda. Akan tetapi, banyak yang perlu dipertimbangkan dan dipersiapkan sebelum "bermain" dengan instrumen investasi ini.

Ridha Aditya Nugraha (25) telah mengenal saham sejak sekitar tahun 2009. Konsultan hukum dan wirausahawan di Jakarta ini baru secara serius menggeluti investasi terutama saham pada tahun 2013 lalu.

"Sejak tahun 2009 ikutan nebeng (ikut) teman. Jarang main, cuma pengamat. 2013 serius (investasi saham) dengan membuka rekening efek. Sekarang setiap hari main. Sebelum main sih sebenarnya kompleks ya, di kampus dulu belajar pasar modal. Terus sering baca koran, tertarik sama investasi," kata Ridha kepada Kompas.com, Rabu (5/2/2014).

Ridha mengatakan, dirinya memilih investasi dalam saham karena sangat menjanjikan meskipun risikonya sangat besar. Namun, investasi saham tentunya harus disertai dengan penguasaan ilmu terlebih dulu.

Ia mengaku secara tidak langsung memiliki informasi dan menjadikannya sebagai poin penting dalam kegiatan jual beli saham. Sebelum resmi "bermain" saham, ia membuat rekening efek terlebih dulu di sebuah perusahaan sekuritas. Untuk membuka rekening efek di perusahaan tersebut dana yang dibutuhkan minimal Rp 5 juta.

Dengan memiliki rekening efek, lanjut Ridha, ia memperoleh fasilitas informasi. Ada sejumlah keuntungan yang dia peroleh dengan berinvestasi di saham. Ia mengakui salah satunya tentu berupa kenaikan harga saham. Selain itu, ia juga mendapat jejaring baru dan dapat membantu perekonomian keluarganya.

Meski dapat untung, Ridha mengatakan investasi saham tentu saja ada ruginya. "Keuntungan yang jelas sih uang. Ha-ha-ha. Dapat teman baru juga. Terus bantu memutarkan uang keluarga. Rugi pernah, tapi di situ gue belajar kalau jangan hitung untung rugi dari satu saham saja, tapi dari portofolio semua. Risiko terbesar adalah uang hilang," ujar dia.

Saat ini dirinya memiliki saham di beberapa sektor, seperti perbankan, infrastruktur, dan sektor telekomunikasi serta migas. Sektor yang saat ini menjanjikan diakuinya adalah perbankan karena fondasi perbankan Indonesia dinilainya baik. Di samping itu, sektor infrastruktur untuk saat ini juga menjanjikan.

"Saat ini menurut gue perbankan. Kemudian infrastruktur karena tahun ini tahun pemilu. Saat banjir saatnya ambil untung dari top losers, seperti taksi dan konsumsi yang pangsa pasar terbesarnya di Jabodetabek," papar Ridha.

Pasar saham Indonesia, menurutnya, rentan dengan berbagai macam isu. Setiap bulan pasti terdapat isu yang memberi dampak pada kondisi pasar saham. Akan tetapi, dalam isu tersebut sebenarnya dapat diambil kesempatan untuk memperoleh untung.

Sebagai kalangan muda yang berinvestasi dalam saham, ia bebagi tips untuk rekan-rekan seusianya yang ingin berinvestasi dalam saham. Ia memandang investasi harus dilakukan dengan kesadaran sendiri dan tanpa ikut-ikutan.

"Jangan investasi di hal yang tidak dimengerti. Jangan ikut-ikutan orang. Percayai info dan analisis yang dimiliki, meskipun itu analisis sendiri apa pun latar belakang pendidikannya," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com