Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/03/2014, 09:45 WIB
EditorErlangga Djumena


JAKARTA, KOMPAS.com -
Dana asing atau hot money mulai mengalir deras di pasar domestik. Kemungkinan, hal ini pula yang menyebabkan nilai tukar rupiah menguat sejak awal Februari 2014. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus waspada karena dana asing bisa cabut dari pasar kapan saja, dan efeknya memperlemah nilai tukar rupiah.

Berdasarkan data BI, arus dana asing di portofolio hingga minggu ketiga Februari 2014 sekitar Rp 31 triliun atau 2,67 miliar dollar AS. Itu terdiri dari sekitar Rp 22 triliun di Surat Berharga Negara (SBN) dan saham hampir Rp 10 triliun.

Melirik tahun 2013 pada triwulan pertama investasi asing di portofolio sebesar 2,76 miliar dollar AS. Tentu dengan sisa waktu hingga akhir Maret nanti,  dana asing yang masuk  ke pasar masih akan meningkat lebih banyak lagi karena fundamental ekonomi makro yang membaik.

Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, bilang, potensi dana asing meningkat semakin besar karena BI sudah menahan suku bunga acuan atau BI rate, yakni 7,50  persen sejak November 2013. Hal ini pertanda perekonomian Indonesia sudah stabil.

Ke depan, Purbaya meyakini jumlah dana asing di pasar domestik semakin banyak setelah presiden baru terpilih. Ada efuria di pasar saham. "Rupiah pun akan mulai menguat," ujar Purbaya, akhir pekan lalu.

Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII), Juniman pun sependapat. Namun, ia mengingatkan agar volatilitas rupiah jangan terlalu menguat. Nilai tukar rupiah di kisaran 11.500-11.700 adalah level aman untuk menurunkan defisit. "Mesti dijaga ke level itu," tutur Juniman.

Bila menguat lebih besar, pemerintah akan kesulitan mencapai target defisit transaksi berjalan di bawah 3 persen. Soalnya, saat rupiah menguat, impor akan meningkat, sedangkan ekspor berpotensi melemah. Selain itu, jika terjadi sentimen negatif di pasar, dana asing juga bisa keluar.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo, bilang, masuknya dana asing karena investor sudah percaya dengan stabilitas ekonomi makro Indonesia. Agenda pemilihan umum (pemilu) juga bisa memacu dana asing ke pasar, tapi jumlahnya tidak signifikan. Tentu saja, BI akan mewaspadai kencangnya aliran dana asing.

Namun, bank sentral meyakini rupiah dalam kondisi aman. Rupiah tidak akan menguat terlalu besar meskipun hot money mengalir deras, sehingga saat dana asing keluar, juga tidak akan terjadi pelemahan yang besar. "Pasar sudah punya mekanisme, sehingga ruang penguatan (rupiah) tidak besar," terang Perry.

Apapun kondisinya, semuanya hanya berharap kestabilan nilai tukar rupiah. (Margareta Engge Kharismawati)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com