Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punya Cadangan Besar, 2 Negara Ini Justru Impor Batubara dari RI

Kompas.com - 14/03/2014, 18:12 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Punya cadangan batubara yang melimpah tidak membuat India dan China jor-joran mengeruk sumber daya alamnya berupa batubara. Bahkan India, dimana power plantnya bertumpu pada energi ini, justru membangun hulu energi barubaranya di Indonesia.

"Kebutuhan listrik China itu 60.000 megawatt (MW), India 190.000 MW, sementara Indonesia 33.000 MW. India menempatkan hulu energinya di Indonesia. Enam bulan lalu kita jadi hulu untuk kepentingan energi dunia," kata Ketua Sumber Daya Alam, Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Singgih Widagdo, di Jakarta, Jumat (14/3/2014).

Dalam diskusi bertajuk "Kepastian Hukum Pemanfaatan Batubara untuk Sebesar-besar Kemakmuran Rakyat", Singgih menjelaskan, India memiliki cadangan batubara 280 miliar ton. Produksinya saat ini sekitar 500 hingga 600 juta ton. Untuk mencukupi kebutuhan listrik dan menjaga ketahanan energinya, India mengimpor batubara dari Indonesia.

Sementara itu, China memiliki cadangan 1 triliun ton batubara, dengan produksi mencapai 4 miliar ton. Dibandingkan dengan Indonesia yang hanya memiliki cadangan batubara 31 miliar ton, tak heran jika pemerintah Indonesia mulai berpikir ketahanan energi dengan aneka rupa cara. "Importir kita justru punya sumber batubara lebih besar," kata Singgih.

Atas dasar itulah, kebijakan di bidang energi menjadi krusial. Pada 1991 lalu Indonesia berada di peringkat 6 negara pengekspor batubara. Jauh di bawah China, Afrika Selatan, Kolumbia, dan Australia.

"Setelah 8 tahun China menyadari ke depan akan banyak subtitusi impor minyak. Maka dia mengubah policy menjadi importir batubara," jelas Singgih. Demikian pula dengan India yang menanamkan investasi hulu energi di Indonesia.

Pada intinya, lanjut dia, semua kebijakan batubara oleh kedua negara tersebut sudah dilihat sebagai kebijakan yang jangka panjang. Berkaca dari persoalan ini, Singgih mengajak pemerintah untuk bisa secara tepat menempatkan batubara apakah sebagai sumber penerimaan negara atau sumber ketahanan energi.

Ia pun memprediksikan 10-20 tahun mendatang tidak ada lagi importasi batubara. "Hampir negara yang punya energi akan melindungi kebutuhan dan kemandirian ketahanan energi mereka," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Mentan Amran Serahkan Rp 54 Triliun untuk Pupuk Bersubsidi, Jadi Catatan Sejarah bagi Indonesia

Whats New
Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Kasus Korupsi PT Timah: Lahan Dikuasai BUMN, tapi Ditambang Swasta Secara Ilegal

Whats New
4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

4 Tips Mengelola THR agar Tak Numpang Lewat

Spend Smart
Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis, Stafsus Erick Thohir: Kasus yang Sudah Sangat Lama...

Whats New
Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Menkeu: Per 15 Maret, Kinerja Kepabeanan dan Cukai Capai Rp 56,5 Triliun

Whats New
Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Siap-siap, IFSH Tebar Dividen Tunai Rp 63,378 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com