Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Nyapres", Jokowi Hadapi Risiko Naiknya Harga BBM

Kompas.com - 15/03/2014, 09:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com
- Pelaku pasar girang ketika PDI Perjuangan mengajukan nama Joko Widodo sebagai calon presiden. Salah satu indikatornya adalah melompatnya indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Jumat (15/3/2014).

Majunya Jokowi menjadi capres dari PDI Perjuangan memang memberi dampak positif bagi pasar, meskipun untuk jangka pendek. Jokowi dianggap sebagai tokoh reformis, memiliki karakter kepemimpinan yang kuat serta melakukan tindakan langsung.

Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina dan Anton Gunawan dalam risetnya Jumat (14/3/2014) menyebutkan Jokowi dianggap mampu mengatasi masalah utama yang dihadapi Indonesia, yaitu korupsi, ekonomi biaya tinggi serta pembangunan proyek infrastruktur.

"Jika PDIP menang, kemungkinan melakukan koalisi besar seperti yang terjadi pada kabinet sekarang akan kecil. Dengan demikian, kegaduhan dalam formasi kabinet akan mengecil dan akan mengurangi kepentingan tersembunyi di dalamnya," tulis dua analis itu.

Karena hal tersebut, pelaku pasar menyambut baik majunya Jokowi sebagai capres. IHSG menguat hingga 3 persen, dan nilai tukar rupiah mengikuti naik sebesar 0,33 persen menjadi Rp 11.355 per dollar AS.

"Namun ini bisa saja untuk jangka pendek. Ke depan pelaku pasar akan kembali mencermati data-data perdagangan, defisit neraca berjalan serta data inflasi," lanjutnya.

Terkait perekonomian Indonesia, dua analis itu mengingatkan pemerintahan yang akan datang bakal menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan anggaran pemerintah dan ketidakpastian harga minyak dunia.

Jika harga minyak dunia naik dan beban subsidi membengkak, hal itu akan memaksa pemerintahan yang baru untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Kemungkinan penaikan harga BBM bersubsidi cukup terbuka, jika penerimaan pajak tidak masimal.

"Meskipun kemungkinannya kecil, namun peluang penaikan harga BBM bersubsidi tetap terbuka, dan diperkirakan sekitar 30 persen. Asumsi ini bisa terjadi jika pendapatan pajak turun, rupiah kembali melemah dan pertumbuhan ekonomi melambat," jelas dua analis itu.

Selain itu, pemerintahan yang baru juga dihadapkan pada naiknya harga listrik industri. Kebijakan itu akan membuat pelaku industri ikut menaikkan harga produknya, dan berimbas pada kemampuan konsumsi masyarakat.

Masalah cuaca juga akan membayangi pemerintahan mendatang. Proyeksi terjadinya El Nino akan menyebabkan kekeringan dan menekan produksi pertanian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com