Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Modal Asing Terus Melonjak

Kompas.com - 18/03/2014, 07:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Modal asing yang masuk ke Indonesia pada triwulan pertama 2014 melonjak dibandingkan tahun 2013. Pada Januari hingga pekan pertama Maret 2014, modal asing yang masuk mencapai Rp 38 triliun. Padahal, pada tahun 2013, modal asing yang masuk hanya Rp 28 triliun.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengatakan, modal asing itu masuk ke Indonesia melalui transaksi pembelian surat utang negara dan saham. ”Masuknya modal asing ke Indonesia dengan nilai yang signifikan itu menjadi bukti kepercayaan investor global terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Secara umum, kondisi ekonomi Indonesia terus membaik, terutama setelah berbagai kebijakan diterapkan menghadapi kondisi tahun 2013,” ujar Agus, Senin (17/3/2014), di Jakarta.

Sepanjang tahun 2013, Indonesia menjadi perhatian pasar global karena diasosiasikan seperti negara berkembang lain yang memiliki kelemahan. Kelemahan yang menjadi perhatian pasar global, kata Agus, adalah kemampuan sebuah negara berkembang untuk mengatasi defisit transaksi berjalan dan keluarnya modal asing dari negara itu.

”Langkah BI dan pemerintah tahun 2013 bisa menjaga kepercayaan dunia terhadap Indonesia. Indonesia memang lebih memprioritaskan untuk menjaga stabilitas ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi yang semula ditargetkan 6 persen direvisi menjadi 5,8 persen. Walaupun pertumbuhan ekonomi lebih rendah, kami yakin akan berkesinambungan,” ujar Agus.

Optimisme Agus juga dilandasi terus membaiknya nilai tukar rupiah dan indeks pasar modal. Tahun 2013, nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga 26 persen, tetapi tahun 2014 sudah terapresiasi sebesar 5 persen. Indeks pasar modal tahun 2013 terkoreksi, sementara pada triwulan pertama 2014 sudah menunjukkan arah sebaliknya.

Mendorong impor

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Lana Soelistyaningsih, menuturkan, momentum masuknya modal asing dalam jumlah signifikan itu tidak tepat. Modal asing yang masuk terlalu deras menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan nilai tukar rupiah. Dikhawatirkan impor akan meningkat lagi.

”Dalam tiga bulan ke depan, impor bahan baku akan naik karena pengusaha menggenjot produksi untuk mengantisipasi kenaikan permintaan menjelang hari raya Idul Fitri. Ditambah dengan peningkatan impor karena nilai rupiah yang menguat, impor bahan baku akan menekan transaksi perdagangan,” kata Lana.

Padahal, sepanjang tahun 2014 ini, Indonesia sedang membutuhkan peningkatan volume dan nilai ekspor, terutama dari manufaktur. Peningkatan ekspor diperlukan untuk mengurangi defisit transaksi perdagangan yang diakibatkan impor minyak.

Target peningkatan ekspor Indonesia bisa saja tidak tercapai karena penguatan nilai rupiah akan menyebabkan daya saing produk manufaktur untuk ekspor menurun. Harga produk ekspor Indonesia akan naik di pasar global ketika nilai rupiah menguat.

”Masuknya modal asing ke Indonesia dalam jumlah besar tak akan menjadi persoalan jika struktur ekspor Indonesia sudah kuat. Pekerjaan rumah pemerintah adalah membuat struktur industri yang bisa meningkatkan daya saing produk manufaktur tanpa terpengaruh fluktuasi nilai rupiah,” kata Lana. (AHA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com