Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Terpilih Jadi Stimulus Ekonomi Indonesia

Kompas.com - 20/03/2014, 07:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden terpilih pada Pemilihan Umum 2014 akan menstimulus ekonomi Indonesia. Sejauh yang terpilih sesuai harapan rakyat dan diikuti kinerja bagus, kepercayaan pasar akan menguat sehingga menggerakkan optimisme di berbagai sektor ekonomi. Demikian pula sebaliknya.

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, A Tony Prasetiantono, Rabu (19/3), menyatakan, jika presiden terpilih sesuai dengan harapan rakyat, sentimen positif pun akan merebak. Salah satu indikator awalnya bisa dimitigasi pada Indeks Harga Saham Gabungan dan nilai tukar rupiah.

”Manakala rupiah menguat dan cadangan devisa naik yang dibarengi dengan tren penurunan inflasi, suku bunga BI pasti akan diturunkan. Jika suku bunga turun, bank pun berekspansi. Ini akan mendorong pertumbuhan kredit ke arah 19 persen, bahkan bisa 20 persen. Hal ini akan terkonversi menjadi pertumbuhan ekonomi minimal 5,8 persen, seperti tahun 2013, bahkan bisa 5,9 persen,” papar Tony.

Secara terpisah, Direktur Pemeringkat dan Riset ICRA Indonesia Joko Waluyo Widodo menyatakan, para pelaku ekonomi, termasuk di sektor perbankan, menunggu hasil pemilu legislatif pada 9 April dan terutama pemilu presiden pada 9 Juli. Apabila hasilnya sesuai dengan harapan rakyat, efeknya akan positif.

”Jika kemudian pemilu presiden hanya berjalan satu putaran dan hasilnya seperti yang sudah diprediksi, kemungkinan akan ada peningkatan kredit bank. Minat bank untuk memberikan pinjaman akan meningkat. Selama tidak ada kejutan yang tidak diharapkan masyarakat, pertumbuhan kinerja bank lebih baik,” tutur Joko.

Ekspansi bisnis

Tumbuhnya kredit bank itu, Joko melanjutkan, ditopang oleh membaiknya ekspektasi para debitur dan korporasi. Stabilitas politik dan membaiknya prospek ekonomi menyusul terpilihnya presiden akan mendorong pelaku pasar untuk segera memutuskan ekspansi usaha. ”Yang awalnya menunda ekspansi, akhirnya memutuskan ekspansi sehingga butuh pendanaan,” kata Joko.

Berdasarkan data ICRA, total pinjaman bank tumbuh 21,6 persen menjadi Rp 3.293 triliun pada 2013. Porsi terbesar masih diserap oleh sektor perdagangan, 19 persen. Di urutan kedua adalah sektor industri, 17,5 persen. Menyusul 11 sektor lainnya dengan porsi mulai dari 3,2 persen sampai 8,4 persen.

ICRA memproyeksikan total pinjaman bank akan tumbuh 17-19 persen tahun 2014. Pemilu legislatif dan pemilu presiden menjadi salah satu variabel pertimbangan. Variabel lainnya adalah ketidakpastian pasar domestik dan global, serta suku bunga tinggi yang akan memperlambat belanja modal.

Sementara itu Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara, Rabu, di Jakarta, menegaskan, meskipun merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 menjadi 5,5-5,9 persen, BI masih mempertahankan prediksi pertumbuhan kredit perbankan 15-17 persen. Angka pertumbuhan kredit tersebut sudah menghilangkan pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Pertumbuhan kredit perbankan yang saat ini masih sekitar 20 persen, akan turun perlahan menjadi sekitar 17 persen. ”Konsumsi akan melambat tahun ini meskipun masih tetap tinggi. Investasi baru naik di semester kedua,” kata Tirta.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi dipengaruhi konsumsi, investasi, ekspor, dan impor meskipun pengaruh utamanya kali ini adalah pemilu. (Las/IDR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com