"Ada potensi pendapatan kita yang hilang 350 juta dollar AS- 400 juta dollar AS, karena 35 persen pendapatan perseroan tahun lalu dan sebelumnya berasal dari ekspor bijih nikel," ungkap Direktur Utama Antam, Tato Miraza, usai RUPST, di Jakarta, Rabu (26/3/2014).
Namun demikian, dampak tersebut bisa ditekan lantaran perseroan sudah menyiapkan langkah antisipasi. Tato mengatakan, perseroan telah melakukan sejumlah efisiensi produksi, di samping juga negosiasi dengan para vendor sehingga mendapatkan suplai bahan baku dengan potongan harga.
"Kemudian, efisiensi di bidang project, investasi, dan operasional. Yang belum terlalu perlu, kita pending," imbuhnya.
Selain itu, Antam juga berharap sejumlah project besar salah satunya Chemical Grade Alumina (CGA) di Tayan segera rampung April 2014. Tato menargetkan dalam lima, enam bulan setelahnya, bisa diproduksi 135.000 hingga 160.000 ton CGA. Dengan demikian, ini bisa mengompensasi pendapatan dari penurunan ekspor ore.
Sebagai informasi, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 1 tahun 2014 menyebut, komoditas nikel wajib dimurnikan lantaran dianggap tidak ada produk antara sehingga dapat langsung dimurnikan. Misalnya menjadi nikel pig iron (NPI) dengan kadar Ni 4 persen, nikel matte dengan kadar Ni 70 persen, ataupun feronikel kadar Ni 10 persen.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.