Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serap Pengangguran, Pemerintah Diminta Maksimalkan Sektor Pertanian

Kompas.com - 27/03/2014, 19:34 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah disarankan tidak perlu menunggu pabrik-pabrik asing hijrah ke Indonesia, sehingga dapat menyerap pengangguran. Direktur Ekskutif Core of Reform on Economics (CORE), Hendri Saparini justru lebih menekankan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian.

"Mengembangkan sektor pertanian itu tidak hanya menyelesaikan masalah pengangguran, tapi juga kemiskinan, dan memperkuat ketahanan pangan, yang selama ini kita impor," kata dia di Jakarta, Kamis (27/3/2014).

Hendri mengatakan, dirinya tidak setuju dengan anggapan orang bahwa sudah saatnya Indonesia meninggalkan sektor pertanian, dan beralih ke sektor industri manufaktur. Sejumlah pengamat ekonomi, bahkan pengamat ekonomi pertanian menilai lahan pertanian kian sempit, sehingga sektor pertanian tidak mampu meningkatkan kesejahteraan.

"Saya tidak setuju, karena kalau manufaktur itu tidak hati-hati pemilihannya dan hanya menunggu peralihan dari negara lain, itu hanya akan meningkatkan defisit perdagangan dan jasa, karena kita tidak punya supporting industry," papar Hendri.

Solusi pertanian bagi Indonesia adalah strategi yang komprehensif, yakni lahan dan pendekatan pro petani. Hendri mengatakan, banyak lahan BUMN yang tak terpakai, begitu pula dengan lahan pemerintah pusat dan daerah.

"Kalau dua tahun enggak diolah oleh BUMN, ditarik lagi saja, lalu diolah. Lahan itu adalah faktor produksi yang tidak bisa bertambah. Kalau dibagi-bagi, habis. Negara enggak bisa ngapa-ngapain. Makanya kebijakan harus dilakukan," terang Hendri.

Strategi kedua yakni dukungan teknologi. Tidak perlu teknologi canggih seperti yang digunakan para petani di Australia dan Amerika Serikat, sebut Hendri. Tiongkok dan Vietnam hanya membekali para petani mereka dengan teknologi tepat guna.

"Lalu, di Indonesia ini subsidi yang diberikan banyak yang tidak tepat sasaran. Strategi berikutnya adalah pemerintah harus pro pasca panen. Kalau sudah subsidi, tapi tidak dijamin siapa pembeli, ya susah," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com