JAKARTA, KOMPAS.com - Tak cuma perbankan konvensional, bankir syariah juga sibuk memutar otak agar bisa mencetak kinerja memuaskan tahun ini. Pasalnya, bisnis gadai emas yang menjadi primadona bankir syariah makin sulit.
Ada sejumlah faktor yang menghadang kinerja bisnis gadai emas. Pertama, pengetatan aturan oleh Bank Indonesia (BI) mengenai batas maksimal pembiayaan. Kedua, penurunan harga emas. Ketiga, persaingan ketat lantaran pelaku bisnis gadai emas semakin banyak.
Celah pertumbuhan bisnis gadai emas memang masih ada. Itu sebabnya, Bank Syariah Mandiri (BSM) misalnya, tahun ini memasang target omzet gadai emas Rp 5,2 triliun. "Hingga Maret lalu mencapai Rp 1 triliun," kata Andri V Bardi, Kepala Desk Pegadaian BSM, kemarin.
Artinya pada tiga bulan pertama 2014, omzet gadai emas hanya memenuhi 19 persen dari target. Per 31 Desember 2013, omzet gadai emas BSM Rp 4,45 triliun.
Walau sempit, ceruk pertumbuhan ini tetap dilihat sebagai peluang. Itu sebabnya, Bank Panin Syariah, misalnya, tertarik masuk bisnis gadai emas. "Kami ingin kembangkan secara bertahap," ucap Deny Hendrawati, Direktur Utama Panin Syariah.
Ekspansi produk gadai emas telah masuk dalam Rancangan Bisnis Bank (RBB) Panin Syariah tahun ini. Rencananya, produk gadai emas meluncur semester II-2014. Panin Syariah akan mengandalkan kantor cabang dan jalur kemitraan sebagai jaringan distribusi produk gadai emas.
Tapi, sebagai pemain baru, Panin Syariah harus ekstra hati-hati. Lirik saja, Bank Syariah Bukopin (BSB). Unit usaha Bank Bukopin ini baru melakoni bisnis gadai emas setahun lalu. Tahun lalu, BSB cuma menyalurkan pembiayaan gadai emas sekitar Rp 5 miliar.
Riyanto, Direktur Utama BSB, menilai, bisnis gadai emas bank syariah sulit bersaing dengan pelaku bisnis lain, seperti Pegadaian dan lembaga gadai tak resmi. "Lembaga tak resmi tidak tersentuh aturan Bank Indonesia (BI)," terang Riyanto.
Kendati sulit, BSB berniat membuka beberapa gerai baru. Saat ini BSB hanya memiliki satu gerai di Jakarta. Target BSB, pembiayaan emas naik dua kali lipat menjadi Rp 10 miliar-Rp 15 miliar di tahun 2014.
Sebagai pemain lebih senior, BSM tak mau kalah. BSM memilih strategi seperti Pegadaian, yakni mendekatkan diri ke nasabah lewat pembukaan jaringan. BSM bersinergi dengan PT Pos Indonesia, Bank Mandiri dan Bank Sinar Harapan Bali.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.