Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tekan Impor Pangan dengan Benahi Pertanian dan Insentif Petani"

Kompas.com - 30/04/2014, 05:19 WIB
Kontributor Bogor, Ramdhan Triyadi Bempah

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com – Pertanian Indonesia selama 10 tahun terakhir dinilai berada dalam situasi tak menguntungkan. Nilai tukar petani menjadi indikatornya. Perlu langkah strategis untuk mengembalikan kedaulatan pangan dan membenahi sektor pertanian.

“Tidak heran apabila (karenanya) produktivitas sektor pertanian semakin merosot dan pada akhirnya menyebabkan semakin tingginya impor produk-produk pertanian dari luar negeri," kata anggota Komisi XI DPR dari FPDI-P, Arif Budimanta, di Bogor, Jawa Barat, Selasa (29/4/2014).

Arif mengatakan nilai tukar petani yang merupakan indikator kesejahteraan para petani, mengukur daya beli pendapatan petani dari sektor pertanian, semakin menurun. "Untuk membangkitkan sektor pertanian, diperlukan langkah-langkah taktis operasional yang menjawab masalah-masalah pokok di bidang pertanian," kata Arif.

Masalah konversi lahan pertanian menjadi penggunaan non-pertanian, juga mendapat kritik dari Arif. Dia mengatakan mempertahankan luasan areal pertanian adalah masalah krusial. Luas lahan pertanian, lanjut Arif, harus dipertahankan bahkan ditingkatkan bila memungkinkan, untuk menjawab pertumbuhan kebutuhan pangan nasional.

"Untuk mempertahankan lahan pertanian, dibutuhkan insentif bagi para petani untuk mempertahankan lahannya,” kata dia. Pemerintahan baru ke depan, kata Arif, harus memastikan ada penyuluh yang membimbing petani menerapkan teknologi pertanian, baik teknologi untuk pengolahan tanah, penyediaan benih, pemupukan, pemerliharaan tanaman, maupun pascapanen.

“Dengan adanya penyuluhan pertanian, ada dua hal yang akan dicapai yakni peningkatan produksi dan pengurangan loss atau kerugian akibat proses pascapanen yang kurang baik,” ujar Arif. Dia mengatakan isu-isu ini akan masuk dalam kerangka kerja yang akan diusung bakal calon presiden dari partainya, Joko Widodo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com