"Target kenaikan harga yang kami harapkan dengan asumsi kenaikan cost (biaya). Kami targetkan (kenaikan) 3 sampai 4 persen karena tekanan cost," kata Direktur Utama Semen Indoensia Dwi Soetjipto di Gedung Bursa Efek Indonesia, Rabu (7/5/2014).
Menurut Dwi, apabila perseroan tidak melakukan penyesuaian harga, maka kinerja perusahaan akan tergerus. Namun demikian, Dwi menegaskan kenaikan harga produk pun harus diimbangi dengan efisiensi.
"Realisasi harga sangat tergantung kondisi di lapangan. Kenaikan harga semen harus diikuti efisiensi, karena kalau tidak kinerja kita akan tergerus. Listrik naik, BBM naik, dan dampak UMR. Soal UMR ini tidak di karyawan Semen Indonesia sendiri, tapi pada mitra kita. Kalau kurs dampaknya ke harga spare part kita," papar Dwi.
Terkait efisiensi listrik, Dwi mengaku perseroan diuntungkan karena di beberapa pabrik, kebutuhan listrik dilayani oleh pembangkit listrik milik sendiri. Ia menyebut pabrik di Tonasa 90 persen kebutuhan listrik dialirkan dari pembangkit sendiri, sementara di Padang sebesar 10 persen.
Hingga kuartal I 2014, Semen Indonesia memimpin market share semen nasional sebesar 43,8 persen. Adapun penjualan perseroan tercatat sebesar 6,2 juta ton dan pendapatan sebesar Rp 6,2 triliun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.