Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apindo Ragukan Tawaran Insentif Pemerintah

Kompas.com - 07/05/2014, 19:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian mengoreksi target pertumbuhan industri nonmigas tahun 2014 dari sebelumnya 6,4 persen-6,8 persen menjadi di bawah 6 persen. Pemerintah berupaya mencoba mengantisipasi kebijakan nasional yang berdampak pada sektor industri di Tanah Air.

”Salah satu penyebab turunnya pertumbuhan karena kebijakan larangan ekspor bahan mentah tambang. Bukan hanya menurunkan volume ekspor, melainkan juga kinerja industrinya,” kata Menteri Perindustrian MS Hidayat di Jakarta, Selasa (6/5/2014).

Alasan lain yang disebutkan memengaruhi pertumbuhan adalah fluktuasi rupiah. Hidayat mengatakan hal itu saat dimintai tanggapan mengenai pertumbuhan industri nonminyak dan gas triwulan I-2014 sebesar 5,56 persen. Angka pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan triwulan I-2013 sebesar 6,86 persen.

Hidayat mengatakan, penurunan sementara ini sejak awal sudah diperhitungkan. ”(Hal) Yang kami tujukan jangka panjang. Setelah industri pemurnian dan pengolahan tumbuh, pertumbuhan akan jauh meningkat,” ujarnya.

Hidayat mengatakan, Kementerian Perindustrian saat ini juga terus mencari cara membantu kalangan industri yang terkena dampak kenaikan tarif listrik. ”Turunnya pertumbuhan industri akibat kenaikan listrik harus bisa dikejar sehingga bagaimana caranya memberi insentif bagi mereka.” kata Hidayat.

Janji kosong

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi menilai, lebih tepat bagi pemerintah apabila menaikkan tarif listrik bagi pelanggan industri besar secara bertahap dalam tiga tahun.

Menurut Sofjan, kerugian sektor industri dalam jangka panjang akibat kenaikan tarif listrik secara sekaligus dalam satu tahun lebih besar dibandingkan penghematan subsidi listrik yang besarnya Rp 8,9 triliun.

”Kalau kenaikan tarif listrik dilakukan secara bertahap, pemerintah tidak perlu repot-repot memikirkan bentuk insentif atau relaksasi. Lagi pula, apakah pemerintah ada duitnya? Kami masih menganggap ini janji kosong,” kata Sofjan.

Ia mengatakan, seandainya pemerintah mau menaikkan tarif listrik bagi 40 juta rumah tangga Rp 5.000 saja, akan ada penghematan subsidi listrik Rp 20 triliun. ”Tetapi, ini kan tak dilakukan karena tidak populis. Industri yang lalu dikorbankan,” kata Sofjan.

Direktur Eksekutif Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Theo Kumaat dalam diskusi di Jakarta, Selasa, menyerukan perlunya reformasi logistik untuk menekan tingginya biaya logistik di Indonesia. Biaya logistik Indonesia sebesar 24 persen dari produk domestik bruto. Biaya logistik yang tinggi dapat mengganggu investasi di tengah pengetatan persaingan menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Perbaikan infrastruktur dan regulasi adalah hal penting menuju reformasi logistik.

”Reformasi logistik perlu untuk menekan tingginya biaya logistik di Indonesia. Apalagi, tantangan semakin ketat menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Beberapa hal yang perlu diperbaiki adalah infrastruktur, profesionalisme kepelabuhan serta regulasi,” ujar Theo.

Managing Director PT Cikarang Inland Port Benny Woenardi dalam diskusi menambahkan, sebenarnya keberadaan Cikarang Dry Port mampu mengurai kepadatan di Pelabuhan Tanjung Priok sehingga waktu bongkar muat barang bisa dipersingkat.

Kenyataannya, Cikarang Dry Port belum dimanfaatkan secara optimal oleh pengguna jasa kepelabuhan. Dari kapasitas 400.000-500.000 kontainer ukuran 20 kaki (TEU), hanya terisi 46-52 persen. (cas/APO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com