Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Domestik Tetap Tumbuh Meski Kebijakan Moneter Ketat

Kompas.com - 09/05/2014, 20:06 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan meskipun pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I mengalami perlambatan hingga berada pada posisi 5,21 persen, namun sektor industri dalam negeri masih tumbuh dengan baik.

Hal ini diungkapkan untuk menjawab keluhan pelaku industri mengenai kebijakan moneter ketat yang berpengaruh terhadap kinerja mereka. Perry menyatakan sektor perindustrian Indonesia masih cukup kuat untuk menopang perekonomian domestik.

"Mari kita lihat dari sektor pertumbuhannya. Pertumbuhan industri kemarin itu mencapai level 6 persen untuk manufacturing. Kemudian konstruksi juga sekitar itu. Transportasi dan telekomunikasi tumbuh 10 sekian persen. Jadi kalau kita lihat perkembangan ekonomi domestik itu cukup kuat di tengah kita menghadapi kondisi global dan stabilisasi penurunan inflasi dan defisit transaksi berjalan," kata Perry di Jakarta, Jumat (9/5/2014).

Perry menjelaskan secara keseluruhan sektor industri tumbuh sebesar 6,5 persen. Capaian pertumbuhan tersebut dinilainya masih cukup tinggi. Akan tetapi, ia mengaku bank sentral memang melakukan kebijakan pengetatan di sektor industri tertentu.

"Kalau properti dan otomotif iya, karena beberapa tahun lalu kan tumbuh sangat kencang. Ketergantungan impornya juga sangat tinggi. Memang kita rem, baik dari suku bunga maupun LTV (loan to value)," ujar dia.

Pada pertengahan tahun 2013 saja, bank sentral telah menerbitkan serangkaian aturan untuk mengerem laju pertumbuhan di sektor industri properti dan otomotif, seperti LTV maupun aturan KPR inden. Tujuan lain penerbitan aturan tersebut adalah guna mengurangi risiko bubble di sektor properti.

"Policy yang kita lakukan tahun 2012 dan 2013 memang kita arahkan untuk industri transportasi, otomotif, dan properti karena pertumbuhannya yang terlalu cepat. Pertumbuhan kredit cepat dan harga-harga di sektor properti terlalu tinggi," jelas Perry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com