Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Surra Hambat Swasembada Daging di Indonesia

Kompas.com - 20/05/2014, 13:59 WIB
Kontributor Yogyakarta, Gandang Sajarwo

Penulis


YOGYAKARTA, KOMPAS.com
- Salah satu penyebab gagalnya swasembada daging sapi di Indonesia adalah kegagalan pemerintah dalam memberantas penakit ternak, di antaranya penyakit Surra.

“Penyakit itu kini sedang mewabah dan disebabkan oleh infeksi protozoa Trypanosoma evansi,” kata Ketua Asosiasi Parasitologi Veteriner Indonesia, sekaligus Dosen Parasitologi FKH UGM, Wisnu Nurcahyo Selasa ( 20/5/2014).

Menurut Wisnu, hingga saat ini belum diketahui pencegahan penyakit Surra karena sulitnya mengkaitkan biologi parasit Trypanosoma dengan keunikan struktur Variance Surface Glycoprotein . Selain itu, gambaran penyakit ini sangat bervariasi mulai dari akut hingga subklinis dan kronis di daerah endemis populasi ternak.

“Hal lain yang juga menyulitkan dalam pencegahan dan pengendaliannya adalah keberadaan vektor lalat kandang yang selalu ada dengan kondisi iklim tropis Indonesia,” katanya.

Trypanosoma evansi hidup di dalam plasma darah dan cairan jaringan ruminansia. Parasit ini ditularkan oleh artropoda penghisap darah seperti lalat kandang Tabanus sp, Stomoxys calcitrans, Haematobia sp dan sebagainya.

Wisnu mengatakan, parasit dengan kejadian wabah terakhir tahun 2012-2013 terjadi di Pulau Sumba yang mengakibatkan kematian pada Kuda sebanyak 390 ekor, kemudian kejadian di Provinsi Banten sebanyak 14 ekor Kerbau mati tahun 2013.

Bahkan pada awal tahun 2014 ini sudah puluhan sapi dan kerbau mati diberbagai wilayah di Indonesia khususnya Banten, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur.

“Angka kematian ini diperkirakan lebih besar, namun mengingat kurangnya pemahaman penyakit Surra pada Dinas dan Tenaga Kesehatan Hewan sehingga kurang mendapat perhatian,” katanya.

Lebih lanjut , Wisnu mengingatkan, sekitar 60 persen obat anti-protozoa yang ada di Indonesia saat ini sudah bersifat resisten, sehingga sulit untuk mengatasi berbagai infeksi protozoa yang muncul.

Oleh karena itu, pihaknya dalam enam bulan ke depan menggandeng Balai Besar Veteriner se-Indonesia untuk melakukan survei epidemiologi. Melibatkan sekitar 150 peneliti dari berbagi negara seperti Perancis, Thailand, Malaysia, Vietnam untuk melakukan pemetaan penyakit infeksi protozoa dan tidak menutup kemungkinan diterapkannya penggunaan obat anti protozoa baru pada ternak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com