Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Krisis Listrik, JK Targetkan Pembangunan Pembangkit Listrik 20.000 MW

Kompas.com - 05/06/2014, 10:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon Wakil Presiden Jusuf Kalla menargetkan pembangunan pembangkit listrik dengan total kapasitas 20.000 Mega Watt untuk mengatasi krisis listrik yang masih terjadi di beberapa daerah.

"Kita tidak lagi bangun 10.000 MW (program percepatan pembangunan pembangkit listrik tahap II) dalam tiga tahun, namun 20.000 MW," kata Jusuf Kalla kepada pers, setelah pemaparan landasan ekonomi kepada para pengusaha di Jakarta, Rabu (5/6/2014) malam.

Menurut Jusuf Kalla yang akrab disapa JK, saat dirinya menjadi Wakil Presiden periode 2004-2009, program pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 10.000 MW telah berjalan. Namun menurutnya, ketika dirinya lengser dari kursi wakil presiden, kinerja program percepatan itu melamban dan tidak mencapai target.

"Jadi ini mutlak ada kesalahan. Kita sudah terlambat enam tahun. Jika tidak Jakarta bisa gelap. Listrik itu urgent di atas urgent," ujar dia.

Program pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW tahap pertama dimulai oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla pada 2006. Proyek ini dikerjakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) bekerja sama dengan investor asing, salah satunya perusahaan Tiongkok, Dongfang Electric Corp.

Kemudian, pemerintah melanjutkan program tahap dua dengan prioritas penggunaan energi terbarukan dengan jumlah kapasitas yang sama. Program tahap II hingga kini masih berjalan.

Pada 2020, pemerintah menargetkan seluruh wilayah Indonesia sudah memperoleh listrik. Saat ini baru 80,5 persen dari masyarakat Indonesia yang dapat menikmati listrik.

Dalam paparannya kepada pengusaha, Jusuf Kalla yang diusung PDI Perjuangan, Nasdem, Hanura, PKB dan PKPI ini, memberi janji kemudahan perizinan dan investasi di bidang kelistrikan.

"Saya optimsitis dengan persoalan implementasi. Presidennya Pak Jokowi akan semangat memenuhi kekurangan untuk energi," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, pengamat energi Ari Soemarsono mengatakan Indonesia membutuhkan investasi di bidang kelistrikan sebesar 125 miliar dollar AS untuk 10 tahun mendatang. Sedangkan untuk sektor minyak dan gas bumi dibutuhkan 300 miliar dollar AS.

Agar pemerintah mendapatkan investasi dengan jumlah besar itu, dia meminta Presiden terpilih mereformasi industri hulu di sektor energi, karena kebobrokan birokrasi selama ini telah membuat Indonesia dipandang memiliki iklim investasi yang tidak kondusif.

"Iklim sekarang birokratif, koruptif, oleh karena itu perlu pembaharuan sistem dan fiskalnya. Kita perlu mengubah pola pikir," ujarnya.

Pemilu Presiden 9 Juli 2014 diikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang mendapat nomor urut satu dan Joko Widodo-Jusuf Kalla bernomor urut dua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Whats New
Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Whats New
Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Whats New
Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Whats New
Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Whats New
Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Whats New
Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Whats New
Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Whats New
Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Whats New
Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Google Kembali Pecat Karyawan yang Protes Kerja Sama dengan Israel

Whats New
Nasabah Bank Jago Bertambah 3 Juta Setiap Tahun

Nasabah Bank Jago Bertambah 3 Juta Setiap Tahun

Whats New
RUPST MPXL Sepakati Pembagian Dividen dan Tambah Komisaris

RUPST MPXL Sepakati Pembagian Dividen dan Tambah Komisaris

Whats New
KAI Properti Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Cek Posisi dan Syaratnya

KAI Properti Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com