Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Akses "Broadband" Indonesia Masih Mahal

Kompas.com - 11/06/2014, 14:50 WIB
Estu Suryowati

Penulis


CIREBON, KOMPAS.com - Meski terjadi 20 persen penurunan tiap tahunnya, biaya untuk mengakses pita lebar (broadband) di Indonesia masih mahal.

Executive General Manager (EGM) Divisi Busines Service (DBS) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Yusron Haryadi menuturkan, hal tersebut disebabkan infrastruktur pita lebar berupa fiber optik belum seluruhnya menyambung dari barat hingga ke timur Indonesia. Selain itu, content provider dari situs yang diakses, mayoritas berasal dari luar negeri.

"Pertama, kita masih butuh membangun jaringan fiber optik untuk menghubungkan antar pulau. Ini masih kurang dikit, karena ground breaking sudah jalan semua," kata Yusron, kepada wartawan di Cirebon, Jawa Barat, Rabu (11/6/2014).

Dia mengatakan, kondisi geografis Indonesia memang menjadi tantangan menyambungkan seluruh jaringan pita lebar. Biasanya, lanjutnya, provider internet melihat lokasi mana yang menguntungkan. Namun demikian, Telkom sebagai BUMN juga perlu melakukan pemerataan.

"Siapa yang nanti mikirin di Irian, memikirkan pemerataan," ujarnya.

Selain belum rampungnya infrastruktur, biaya akses pita lebar di Indonesia masih mahal lantaran kebanyakan content berasal dan ada di luar negeri. "Kita harus belanja global connection yang sangat mahal. Kalau semua content bisa disiapkan Indonesia, tidak mahal," ujarnya.

Kendati demikian, untuk urusan content ini tidak bisa dilakukan oleh Telkom sendiri. Kata Yusron, semua pihak harus turut berpartisipasi. Sementara itu, ketika ditanyakan kapan harga akses internet di Indonesia bisa murah, Yusron mengatakan hal itu akan terjadi. Namun, sayangnya dia tidak bisa memastikan kapan harga akses internet bisa sebesar 5 persen dari pendapatan penduduk.

"Turun pasti, market price di Indonesia rata-rata bisa turun 20 persen per tahun karena kompetisi dan sebagainya," kata dia.

Sebagai informasi, World Economic Forum 2011 menyebutkan, harga akses pita lebar pada tahun ini atau harga koneksi 512 Kbps sebesar Rp 600.000 per bulan. Artinya, dengan pendapatan penduduk sekitar Rp 2,57 juta per bulan, maka harga koneksi pita lebar Indonesia masih sebesar 23 persen.

Padahal, menurut International Telecommunication Union (ITU), tarif pita lebar yang mendekati ideal, sebaiknya tidak lebih dari 5 persen pendapatan penduduk per bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com