Menanggapi absennya materi tersebut dalam debat capres-cawapres semalam, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Faisal Basri, yakin, materi tersebut memang tidak disediakan lantaran tidak populer untuk menjaring suara.
"Enggak ada yang berani (bahas subsidi BBM). Tidak populer. Kalau ditanya juga enggak ada yang jawab," katanya ditemui di kawasan SCBD, Jakarta, Senin (16/6/2014).
Faisal bahkan menengarai, jika BBM ditanyakan, calon presiden Joko Widodo pun juga bakal menghindar. "Saya rasa (Jokowi) akan menghindar. Kalau saya debat sama Drajad Wibowo, saya debat di online ya. Pokoknya kita (kubu Prabowo-Hatta) tidak akan naikkan harga BBM, kita akan turunkan subsidi dengan cara lain," katanya menirukan Drajad.
"Caranya apa? Ya enggak ada. Harus dinaikkan harga BBM ini," timpal Faisal. Menurut dia lagi, dengan menaikkan harga BBM bersubsidi, secara otomatis volumenya akan turun. Memang, lanjutnya, ada risiko jangka pendek yang ditimbulkan dengan kenaikan harga BBM. Namun, sudah ada strategi untuk mengatasi dampaknya.
"Semua ada risikonya. Kalau kita kemoterapi juga rambut rontok. Yang jelas rakyat paling bawah yang harus diproteksi. Caranya? Anak sekolah, gratis. Kalau sakit ke rumah sakit, gratis. Turunkan harga pangan dan biaya logistik," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.