"Mereka itu berbicara mengenai ekonomi kerakyatan, kemandirian ekonomi, dan ekonomi berdikari bukan karena mereka tahu apa yang mereka kemukakan atau karena mereka memiliki suatu konsep. Menurut saya tidak. Mereka bicara ekonomi kerakyatan, pasar tradisional hanya dalam rangka retorika," kata pengamat ekonomi Dawam Rahardjo dalam peluncuran buku Ekonomi Politik Indonesia Antar Bangsa, Selasa (17/6/2014).
Menurut Dawam, konsep-konsep ekonomi versi para capres tidak bersifat substansial dan hanya retorika. Selain itu, konsep dan program ekonomi mereka dinilainya juga didasarkan paham populisme.
"Paham populisme itu tujuannya membuat rakyat senang, punya harapan. Mereka cara berpikirnya pragmatis, apa yang bisa dikerjakan. Bicara hal-hal praktis dan developmentalisme, yaitu menjadikan konsep pembangunan sebagai legitimasi bagi kekuasaan politik," ucap Dawam.
Lebih lanjut, Dawam mengungkapkan, terkait konsep Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar yang ditawarkan capres Joko Widodo, kedua kartu tersebut hanya untuk merebut simpati masyarakat semata. Kembali, kata dia, hal itu merupakan retorika.
"Hanya retorika untuk menarik perhatian. Saya berpendapat Indonesia butuh pemimpin yang mampu membuat perubahan secara substansial. Indonesia butuh pemimpin tegas dalam memberi arah pembangunan," ujarnya.
Terkait kemandirian ekonomi, Dawam menegaskan, siapa pun kandidat terpilih harus mampu mengubah strategi pembangunan kepada kemandirian. "Kemandirian berarti pembebasan dari ketergantungan modal, teknologi, dan perdagangan. Siapa yang secara tegas mau mengemukakan pandangan seperti itu," ungkap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.