Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir Juni, Jero Wacik Teken Aturan Kenaikan Tarif Listrik

Kompas.com - 27/06/2014, 05:14 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Tarif listrik untuk enam golongan, termasuk industri nonpublik (I-3) dan golongan pelanggan rumah tangga, dipastikan naik per 1 Juli 2014. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik disebut segera meneken Peraturan Menteri ESDM tentang kenaikan tarif, pada akhir bulan ini.

“Permen sebentar lagi akan diteken oleh Pak Menteri, akhir Juni ini,” ungkap Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman kepada wartawan di kantornya, Kamis (26/6/2014) malam.

Jarman mengatakan, kenaikan tarif listrik ini diharapkan memberikan perbaikan arus kas bagi PT PLN (Persero) dan jaminan keberlanjutan penerimaan PLN. “Ketergantungan terhadap subsidi kecil, pendapatan PLN lebih jelas,” ujar dia.

Kenaikan tarif ini, imbuh Jarman, juga sudah disepakati pemerintah dan DPR dalam APBN-P 2014. Dengan demikian, jadwalan kenaikan tarif ini tidak bisa diundur lagi. "Kan sudah diatur di APBN-P 2014, nggak bisa mundur lagi, jadi saat ini tinggal tunggu revisi Peraturan Menteri ESDM nomor 4 Tahun 2014 yang akan keluar sebelum 1 Juli 2014," ujarnya.

Jarman optimistis, kenaikan tarif ini tidak akan memukul daya saing industri di Indonesia. “Hasil kajian LPMUI, meskipun tarif listrik dicabut subsidinya, tarif listrik di Indonesia masih lebih murah daripada Thailand, Singapura, dan Filipina,” kata Jarman.

Tarif listrik dari enam golongan pelanggan PLN akan naik secara bertahap setiap dua bulan mulai 1 Juli 2014 hingga November 2014. Keenam golongan tersebut adalah pelanggan industri non-perusahaan terbuka (I-3), rumah tangga R-2 dengan kapasitas daya terpasang 3.500-5.500 VoltAmpere (VA), rumah tangga R1 dengan daya 2.200 VA, golongan rumah tangga R1 dengan daya terpasang 1.300 VA, golongan P-2 di atas 200 KVA, dan penerangan jalan umum (P-3). 

Setiap dua bulan, tarif listrik keenam golongan tersebut akan naik secara bertahap. Golongan pelanggan rumah tangga R-2 dengan daya 3.500-5.500 VA akan mengalami kenaikan tarif rata-rata sebesar 5,7 persen tiap 2 bulan. Lalu, pelanggan rumah tangga R1 dengan daya 2.200 VA, mendapatkan rata-rata kenaikan tarif sebesar 10,43 persen.

Adapun pelanggan rumah tangga R1 dengan daya 1.300 VA akan mengalami kenaikan tarif dengan rata-rata 11,36 persen. Sementara itu, golongan pelanggan P-2 di atas 200 KVA akan mendapatkan kenaikan tarif sebesar rata-rata 5,36 persen. Sedangkan golongan pelanggan P-3, akan mendapatkan kenaikan tarif rata-rata per dua bulan sebesar 10,69 persen.

Berikut rincian kenaikan bertahap tarif enam kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
(1). Untuk golongan I-3, akan naik menjadi Rp 964/kWh. Per 1 September 2014 akan naik lagi menjadi Rp 1.075/kWh, dan per 1 November 2014 akan naik menjadi Rp 1.200/kWh.
(2). Untuk golongan R-2 dengan 3.500 VA hingga 5.500 VA, naik menjadi Rp 1.210 per kWh, lalu per 1 September 2014 naik menjadi Rp 1.279/kWh, dan per 1 November 2014 menjadi Rp 1.352/kWh.
(3). Untuk golongan R-1 dengan kapasitas 2.200 VA naik menjadi Rp 1.109/kWh. Per 1 September 2014 naik lagi menjadi Rp 1.224/kWh, lalu per 1 November 2014 naik lagi menjadi Rp 1.353/kWh.
(4). Untuk golongan R-1 dengan kapasitas 1.300 VA naik jadi Rp 1.090/kWh. Per 1 September 2014 naik lagi menjadi Rp 1.214/kWh, dan per 1 November 2014 naik lagi menjadi Rp 1.352/kWh.
(5). Untuk golongan P-3 naik menjadi Rp 1.104/kWh. Per 1 September 2014 naik lagi menjadi Rp 1.221/kWh, lalu per 1 November 2014 akan naik lagi menjadi Rp 1.352/kWh.
(6). Untuk golongan P2 dengan kapasitas lebih dari 200 kVA, naik menjadi Rp 1.081/kWh. Per 1 September 2014 naik lagi menjadi Rp 1.139/kWh, lalu per 1 November 2014 naik lagi menjadi Rp 1.200/kWh.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com