"Ada transfer fee dari yang punya blok (gas) ke pembeli. Transfer fee ini sangat rawan ketidakjujuran," katanya dalam diskusi bertajuk "Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Energi" di Jakarta, Selasa (1/7/2014).
Menurut dia, kondisi jual beli gas akan lebih bagus jika tidak melalui penyelia ataupun perantara (trader). "Ini mungkin bisa kita titipkan ke salah satu capres. Apakah dia berani menghilangkan trader?" lanjut Rovick.
Dia menuturkan, jika penjualan gas ditujukan ke luar negeri atau ekspor, maka campur tangan kebijakan pemerintah mungkin masih diperlukan. Namun, jika untuk pasar domestik, maka dia berharap agar produsen gas bisa menjual langsung ke konsumen tanpa perantara.
"Menghilangkan trader atau perantara caranya bisa dengan memperbolehkan perusahaan penghasil energi migas, batu bara, gas, dan lain-lain untuk menjual energi siap saji di belakangnya," ujarnya.
Misalnya, perusahaan gas dan batu bara bisa menjual listrik ke konsumen lebih mudah, tanpa PLN. "Ada yang bilang itu monopoli. Namun menurut saya, asal dimanfaatkan masyarakat langsung, lebih murah, itu tidak masalah," lanjutnya.
Menurut Rovick, hal itu sama saja jika kelompok masyarakat menjual sendiri energi baru terbarukan, misalnya dari angin, untuk mengalirkan listrik ke wilayah sekitar. Energi yang dijual bisa lebih murah karena tanpa perantara.
"Mereka hanya berpikir untuk 5 tahun ke depan. Saya tidak lihat ada (upaya menghapus trader) pada visi-misi ini," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.