"Total (NPL) saya kira tidak banyak beda. Sekitar 0,5 persen, naik tipis dibandingkan tahun lalu," kata Suwignyo ketika berbuka puasa bersama wartawan di Hotel Kempinski, Jakarta, Selasa (15/7/2014) malam.
Lebih lanjut, Suwignyo menjelaskan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan NPL perseroan adalah karena suku bunga kredit yang sebelumnya dinaikkan rasionya oleh BCA. Sehingga, mau tidak mau nasabah turut merasakan dampak kenaikan suku bunga tersebut. Meskipun begitu, Suwignyo mengaku kondisi itu lumrah saja.
"Kenaikan ya normal. Kalau (suku bunga) kredit naik, maka semua juga naik," ujar dia singkat.
Terkait peningkatan NPL, Suwignyo pun menyatakan, perseroan akan tetap berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Sehingga, rasio kredit bermasalah tidak akan terjadi peningkatan secara signifikan.
"Menurut saya, kita memang harus hati-hati. Mudah-mudahan tidak banyak lagi naiknya (NPL)," jelas Suwignyo.
Total outstanding kredit perseroan pada akhir kuartal I 2014 mencapai Rp 317,2 triliun, atau naik 19,7 persen secara tahunan. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) tetap berada pada tingkat yang cukup rendah, yakni mencapai kisaran 0,5 persen dengan rasio cadangan 388 persen pada Maret 2014.
Adapun pada semester I 2013, NPL perseroan secara gross tercatat pada level 0,4 persen dan rasio cadangan terhadap kredit bermasalah sebesar 384,5 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.