"(Penguatan rupiah) Sebagian memang dari dalam negeri karena KPU akan mengumumkan hasil pilpres hari ini. Dan pemenangnya kan sudah jelas siapa," kata ekonom Samual Asset Management Lana Soelistianingsih ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (22/7/2014).
Meskipun begitu, Lana memandang penguatan rupiah juga terjadi lantaran dorongan dari sisi ekternal. Hal ini dapat terlihat dari beberapa mata uang Asia yang juga menunjukkan tren penguatan. Akan tetapi, penguatan rupiah ini diakui pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tersebut hanya sementara.
"Sifatnya temporer, karena permintaan dollar AS masih cukup besar untuk membayar utang dan impor juga. Sementara ekspor belum stabil," jelas Lana.
Di samping itu, lanjut dia, ada kecenderungan pasar yang telah memandang level rupiah saat ini sudah cukup aman, sehingga bila terjadi penguatan lebih lanjut kemungkinan akan kembali "membal" setelah itu. Selain itu, faktor libur menjelang hari raya Idul Fitri pun turut menyumbang andil.
"Sekarang ini kan sudah mau libur Lebaran. Pasar sepertinya juga sudah tidak terlalu terkonsentrasi tentang ini," ujar Lana.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah hari ini bercokol pada posisi Rp 11.531 per dollar AS, menguat dibandingkan posisi sehari sebelumnya yang menyentuh Rp 11.577 per dollar AS. Adapun nilai tukar rupiah pada Jumat (18/7/2014) mencapai Rp 11.706 per dollar AS.
Sementara itu, Bloomberg menyoroti penguatan rupiah selama beberapa hari belakangan seiring dengan kepastian langkah capres Joko Widodo menjadi pemenang pilpres. Rupiah menembus Rp 11.535 per dollar AS berdasarkan data harga dari bank-bank yang dikumpulkan Bloomberg.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.