Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Pemerintah Batasi BBM Bersubsidi Dinilai Hanya Akal-akalan

Kompas.com - 07/08/2014, 02:11 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Kebijakan pemerintah melakukan pembatasan BBM bersubsidi di beberapa wilayah yang ditentukan Pertamina terus mendapat kritikan. Kali ini kritik datang dari Ketua Kamar Dagang dan Indunstri (KADIN) Indonesia yang menilai kebijakan pemerintah tersebut hanya akal-akalan pemerintah.

"Kewajiban pemerintah sekarang, yang membuat anggaran menggelembung kan pemerintah sekarang juga. Segala upaya pembatasan itu hanya akal-akalan pemerintah, itu tidak efektif," ujar Ketua Kadin, Suryo Bambang Sulisto di Jakarta, Rabu (6/8/2014).

Suryo Bambang mengatakan, jika pemerintah tetap melakukan kebijakan tersebut saat ini, pemerintah sekarang mewariskan masalah bagi pemerintahan yang akan datang. Bahkan katanya, kebijakan saat ini merupakan cermin pemerintah tetap memikirkan popularitas menjelang masa akhir jabatannya.

Seharusnya, kata dia, pemerintah berani menghapus sekaligus BBM bersubsidi dan mempergunakan uangnya untuk pembangunan infrastruktur. "Hapus sekaligus tapi dijelaskan kepada masyarakat. Anggaran bisa dialokasikan ke pendidikan, kesehatan, pemberdayaan bank-bank daerah, ini hanya menimpbulkan situasi ekonomi yang semu ," katanya.

Menurutnya, masyarakat membutuhkan subsidi, tetapi yang paling tepat adalah subsidi langsung kepada masyarakat yang tidak mampu. Dengan besaran subsidi BBM yang mencapai Rp 360 triliun, maka Indonesia menurutnya terbelenggu oleh situasi saat ini.

"Industri di negara lain pakai harga internasional, mereka biasa, artinya negara kita saja yang tidak efisien, yang terjadi dampak inflasi," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com