"Yang jelas kerugian Pertamina bisa diatasi, tapi tetap suplai BBM Pertamina harus berjalan karena ada banyak daerah yang satu-satunya sumber listrik berasal dari diesel," kata dia di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (7/8/2014).
Susilo mengatakan, sejak 2013 Pertamina mengalami kerugian akibat harga beli oleh PLN selalu lebih kecil dibandingkan dengan cost yang dikeluarkan Pertamina. Di satu pihak, sambungnya, PLN tidak bisa melakukan pembayaran karena jumlah kuota untuk BBM subsidi di APBN terbatas.
Sehingga wajar jika Pertamina mengalami kerugian sepanjang tidak ada revisi harga. "Total 2014 sama saja. Jalan keluarnya minta kita PLN dan Pertamina untuk berdiskusi, sepakat harga yang akan dipakai untuk melaksanakan perhitungan," jelas Susilo.
Perhitungan PLN berdasarkan APBN yaitu 105 persen dari acuan harga Mid Oil Platz Singapore (MOPS). Padahal biaya yang dikeluarkan Pertamina lebih besar dari angka tersebut. Oleh karena kontrak keduanya berkaitan dengan anggaran subsidi yang ditetapkan APBN, Susilo mengatakan, pemerintah akan ikut mencari jalan keluarnya.
"Termasuk nanti ESDM rapat bersama dengan Dirjen Anggaran, serta BUMN untuk mencari solusi," tukasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.