"Subsidi BBM meningkat karena adanya carry over sebesar Rp 44,6 triliun," sebut Chatib, Jumat (15/8/2014). "Jadi, meskipun subsidi listrik turun, implikasinya besar di subsidi BBM," ujar dia dalam konferensi pers pokok-pokok kebijakan fiskal dan postur RAPBN 2015.
Angka belanja negara dalam RAPBN 2015 yang diproyeksikan mencapai Rp 2.019,9 triliun ini lebih tinggi daripada pagu dalam APBN-P 2014, yang mencantumkan belanja senilai Rp 1.876,8 triliun. Selisih belanja di antara kedua pagu adalah Rp 143,1 triliun.
Dalam RAPBN 2015, pagu untuk belanja subsidi energi adalah Rp 291,1 triliun atau meningkat dari alokasi APBN-P 2014 sebesar Rp 246,5 triliun. Adapun subsidi listrik tercatat turun, dari Rp 103,8 triliun dalam APBN-P 2014 menjadi Rp 72,4 triliun dalam RAPBN 2015.
Selain itu, peningkatan belanja negara terjadi karena peningkatan 20 persen anggaran pendidikan dan penambahan dana transfer ke daerah. APBN-P 2014 mencantumkan bahwa alokasi untuk pos ini senilai Rp 597 triliun dan RAPBN 2015 mencantumkan Rp 640 triliun.
"Kalau belanja subsidi naik, maka anggaran pendidikan juga naik. Total APBN juga naik karena transfer daerah naik Rp 43 triliun menjadi Rp 640 triliun," tutur Chatib.