Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlukah Menko Perekonomian di Kabinet Jokowi-JK?

Kompas.com - 31/08/2014, 11:02 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintahan baru nampaknya tidak cukup waktu untuk berleha-leha, karena tantangan utamanya di bidang ekonomi ke depan tidak semakin mudah. Dengan struktur kabinet yang ada saat ini, sudah barang tentu pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla harus mampu mengoptimalkan kinerja seluruh pejabat Kementerian/Lembaga.

Di penghujung 2015 mendatang, Indonesia dipastikan menghadapi persaingan bebas di regional Asia Tenggara, paska diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN. Di tingkat global, Indonesia sebagai emerging market harus terus memantabkan posisi, agar tak tergelincir dalam jebakan kelas menengah.

Defisit neraca transaksi berjalan yang masih mengancam, utang luar negeri yang terlampau tinggi, serta kinerja ekspor yang belum menunjukkan pemulihan, tentu membutuhkan kerjasama dari semua Kementerian/Lembaga. Lantas, dengan kondisi seperti itu masih perlukah adanya jabatan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian?

Menurut Kepala Pusat Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada, A Tony Prasetiantono, sebaiknya jabatan Menko Bidang Perekonomian, ditiadakan. "Menurut saya, yang benar-benar berfungsi sebagai Menko adalah Wapres (Wakil Presiden)," kata Tony kepada Kompas.com, Sabtu (30/8/2014) petang.

Tony menilai, keberadaan Menko malah bisa menambah panjang mata rantai pengambilan keputusan. Hal-hal yang semestesinya bisa langsung dieksekusi oleh kementerian teknis, terpaksa harus berkoordinasi terlebih dahulu pada Menko Bidang Perekonomian.

"Kabinet Jokowi seyogianya diisi oleh menteri-menteri yang memiliki strong leadership dan berani mengambil keputusan," kata Tony.

Sementara itu, kalangan birokrat justru menilai jabatan Menko Bidang Perekonomian harus tetap ada. "Untuk perekonomian sebaiknya tetap ada, karena banyaknya masalah yang perlu koordinasi penyelesaian lintas kementrian," ungkap Wakil Menteri Keuangan, Bambang PS Brodjonegoro kepada Kompas.com, Sabtu petang.

Namun, Bambang lebih lanjut menuturkan, ada prasyarat jika jabatan Menko Bidang Perekonomian tetap ada. Dia bilang, sosok yang menjadi Menko ke depan adalah orang yang paham masalah ekonomi makro dan mikro.

"Pernah (menjadi) menteri, dan punya wibawa," tandas Bambang.

Sebelumnya, Study for Indonesia Indepth (SIGI) menilai Kementerian Koordinator tidak bekerja efektif, dan oleh karenanya Jusuf Kalla sebagai Wapres terpilih bisa mengambil alih tugas tersebut.

"Bisa saja Menko itu dihilangkan, sehingga Wapres berfungi lebih banyak," kata peneliti SIGI, Medrial Alamsyah, Sabtu.

Toh begitu, dia mengakui fungsi koordinasi oleh Kementerian Koordinator memang terlihat sederhana, namun cukup rumit untuk dilaksanakan.

Baca juga: CT: Setiap Pemerintahan Memiliki Beban Masing-masing

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com