"Saya bisa mengkonfirmasi bahwa kami tengah mencari beberapa aktivitas tidak biasa dan kami tengah bekerja dengan rekan perbankan serta penegak hukum untuk menginvestigasi," ujar juru bicara Home Depot, Paula Drake, Selasa (2/9/2014) waktu setempat.
Perusahaan ritel Home Depot melaporkan pada Selasa (2/9/2014) waktu setempat, pihaknya tengah menyelidiki kemungkinan bocornya data pelanggan.
Meski Drake mengungkapkan bahwa perusahaannya menanggapi isu ini dengan sangat serius, dia enggan berkomentar lebih jauh. Dia hanya berjanji, jika benar ada pembobolan atau pencurian data, maka konsumen akan segera diinformasikan.
Perkembangan terakhir mengungkapkan, aksi tersebut kemungkinan besar sudah dimulai sejak akhir April atau awal Mei 2014 lalu. Dengan kata lain, jumlah data konsumen bisa jauh lebih besar ketimbang kasus serupa yang menimpa Target, yaitu 40 juta kartu kredit dan debit selama tiga minggu.
Selain itu, ada pula kemungkinan bahwa peretas dari Rusia dan Ukraina yang berhasil membobol Target merupakan pelaku di balik aksi ini.
Home Depot, memiliki lebih dari 2.200 gerai yang umumnya berada di Amerika Serikat. Home Depot, yang berpusat di Atlanta, juga memiliki perwakilan di Kanada dan Mexico
Sebelumnya aksi para peretas ini juga menyerang bank-bank besar di AS dan platform penyimpanan berbasis cloud milik Apple, iCloud.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.