Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Wawancara Buka-bukaan Jokowi soal Subsidi BBM

Kompas.com - 03/09/2014, 11:04 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com —
 Presiden terpilih Joko Widodo siap mengambil kebijakan tak populer demi menyehatkan fiskal negara. Berikut penuturannya kepada jurnalis KONTAN, Barly Haliem Noe.

KONTAN: Apa prioritas pekerjaan selama masa pemerintahan Anda? 
JOKOWI: Saya rasa sekarang banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Semuanya prioritas. Mau apa contohnya? Infrastruktur dan pelabuhan? Berapa tahun kita terlambat dibandingkan dengan negara lain dalam membangun pelabuhan. Bandara juga begitu. Fasilitasnya sudah jauh tertinggal dan kapasitas bandara kita sudah tidak memadai lagi.

KONTAN: Mengapa hal tersebut bisa terjadi? 
JOKOWI: Ternyata, problem riilnya tidak pernah disentuh. Konsepnya bagus, tetapi implementasinya tidak sampai ke bawah.

KONTAN: Apa bisa semua selesai dalam lima tahun?
JOKOWI: Ya, kami harus mengejar. Saya siap bekerja selama 24 jam.

KONTAN: Memang, apa, sih, akar persoalannya?
JOKOWI: Banyak kebijakan yang tidak terimplementasi dan eksekusinya tidak sampai ke bawah. Makanya, saya harus turun ke bawah seperti mandor. Pola pikir dan cara kerja birokrasi ataupun aparat juga perlu diubah.

KONTAN: Soal anggaran negara, pada akhir tahun selalu tersisa karena tidak terserap dan lain sebagainya. Artinya, ada mismanagement APBN?
JOKOWI: Itu salah satu faktor. Perencanaan anggaran harus tepat. Di sisi lain, alokasi di APBN kan sudah terikat semua; diikat untuk membayar gaji, subsidi BBM, anggaran pendidikan 20 persen, dan sebagainya. Jadi, sisanya tinggal berapa sih? Tinggal Rp 200 triliun yang bisa dipakai untuk membangun. Ini kan aneh. Masa anggaran pembangunan cuma 20 persen dari APBN, sedangkan subsidi lebih dari Rp 400 triliun.

KONTAN: Itu alasan Anda menaikkan harga BBM? 
JOKOWI: Prinsipnya jangan semua dihabiskan untuk subsidi. Kita harus mengalihkan untuk kebutuhan dan usaha-usaha yang produktif, serta untuk membangun.

KONTAN: Kenapa, sih, BBM yang selalu diutak-atik? 
JOKOWI: Saya mau tanya, dengan kondisi kita sekarang, dana subsidi dua kali lipat lebih besar daripada anggaran pembangunan, habis untuk membayar utang, terus apa yang bisa kita lakukan?

KONTAN: Memang tidak ada cara yang lain? 
JOKOWI: Kenaikan harga BBM adalah hal pertama yang harus dipecahkan untuk mengakhiri defisit ganda, defisit neraca pembayaran dan defisit perdagangan. Kalau dua defisit tersebut bisa dipecahkan, ini akan menyehatkan anggaran kita. Jika anggaran sehat, orang percaya kita. Trust terbangun ke pemerintah dan kepada Indonesia sehingga arus investasi masuk. Ini masalah persepsi. 

KONTAN: Itu akan dilakukan pada tahun pertama pemerintahan Anda? 
JOKOWI: Saya enggak bisa bilang sekarang. Yang penting, saya harus menjelaskan kepada rakyat bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan dari pengalihan anggaran subsidi ke pengembangan infrastruktur, pertanian, usaha kecil, untuk solar nelayan. Sistemnya harus benar dan dipastikan tepat sasaran.

KONTAN: Apa tidak ada penerimaan yang digenjot?  
JOKOWI: Tentu saja ada. Namun, saya optimistis, dua tahun mendatang, penerimaan negara bisa naik 50 persen lebih dari sekarang kalau kita berani memutuskan masalah ini. Tentu saja bukan berarti setelah menaikkan harga BBM, semua beres. Kebijakan-kebijakan yang mendukung penghematan BBM harus tetap diimbangi. Misalnya, konversi penggunaan BBM ke gas, harus ada policy energi. Tanpa kebijakan energi yang jelas, semua bisa percuma. 

KONTAN: Berarti Anda siap untuk tidak populer? 
JOKOWI: Lo, dari dulu saya berani enggak populer. Akan saya buktikan bahwa keputusan saya tepat. Mengenai subsidi BBM dan subsidi lain juga begitu. Saya tidak akan memotong subsidi, hanya mengalihkan ke sisi lain yang lebih produktif. Saya pastikan, efisiensi itu bisa dilihat masyarakat, bukan untuk membeli mobil baru pejabat, bukan untuk anggaran perjalanan dinas. Tidak. Semua berbagi beban. Para pejabat juga harus berhemat.   

KONTAN: Harapan masyarakat pada Anda sangat tinggi. Keputusan ini bisa menjadi bumerang Anda? 
JOKOWI: Lo, justru saat harapan sedang tinggi, momentum ini harus dimanfaatkan. Saya siap mengambil pahitnya, mau kotor-kotoran dan tidak populer sekarang, asalkan selanjutnya Indonesia menjadi lebih baik. Kalau harapan sedang rendah, itu malah bisa repot.

KONTAN: Target Anda, berapa lama bisa memetik hasilnya? 
JOKOWI: Kalau semua mau bekerja full speed, cepat, dan penuh komitmen, satu tahun–dua tahun selesai. Tiga tahun saya optimistis Indonesia bisa mulai swasembada. 

KONTAN: Berapa target pertumbuhan ekonomi pemerintahan Anda?  
JOKOWI: Kami harus betul-betul membangun persepsi dan memperbaiki sistem birokrasi. Untuk tahun pertama, ekonomi kita bisa tumbuh 5,8 persen-6 persen. Tahun ketiga, 7 persen, dan diharapkan terus naik lagi kalau semuanya punya landasan kuat. (Barly Haliem)            

Baca juga: Istana: Menaikkan Harga BBM Bukan soal Berani atau Tidak Berani

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com